![]() |
Nadirsyah Hosen. Foto: Istimewa. |
Baca juga: Halusinasi HTI dalam Ketidakbakuan Sistem Khilafah Menganut Demokrasi
Direktur The Islah Centre Mujahidin Nur saat itu mengungkapkan bahwa kehancuran ISIS akan menyisakan banyak masalah besar bagi dunia khususnya dunia Islam. Pasalnya, sejumlah 110 negara di dunia masyarakatnya terlibat menjadi anggota dari kelompok teror ISIS termasuk dari Indonesia.
Dikutip dari Merdeka.com, Wakapolri Komjen Syafruddin dalam pernyataanya pada 5 Februari 2018 lalu memperkirakan, sekurangnya ada 300 FTF yang akan kembali ke Indonesia. Menurut Mujahidin, hampir semua negara-negara di dunia termasuk Indonesia kebingungan bagaimana memperlakukan warga mereka yang sudah bergabung bersama ISIS.
Saat ini, benteng pertahanan ISIS di Suriah telah hancur. Kehancuran ISIS memberikan kepastian bahwa FTF khususnya dari Indonesia akan kembali ke tanah air mereka. Di sini, pemerintah Indonesia mempunyai tantangan besar dengan membuat program yang jelas untuk memberikan pembinaan.
Baca juga: Bagaimana Cara Menghadapi Maaher Thuwailibi? Ini Penjelasan Gus Nadir
Rois Syuriah PCI NU Australia-New Zealand Nadirsyah Hosen mengingatkan kembali kasus serupa yang pernah terjadi di tanah air. Yaitu meledaknya bom Balo oleh Amrozi dan kawan-kawan sebagai alumni perang Afganistan yang kembali ke tanah air.
"Dulu alumni perang afghanistan balik ke tanah air, bikin masalah dan meledaklah bom bali. Gimana dg ratusan alumni ISIS yang sekarang mau balik ke tanah air?," ujar Gus Nadir, sapaan akrabnya, melalui akun Twitternya, Selasa (19/06/2019).
Terkait kepulangan alumni ISIS, kata Gus Nadir, pemerintah harus mempunya program yang jelas untuk membina mereka. Gus Nadir mengingatkan, jangan sampai bergabung dengan alumni HTI yang bersikeras ingin mendirikan khilafah di Indonesia.
"Kalau pemerintah gak punya program yang jelas untuk membina mereka, maka bisa jadi mereka akan gabung dengan alumni HTI nantinya," jelas Gus Nadir. [dutaislam.com/pin]
