Pantai Syariah di Banyuwangi, Contoh Arabisasi dan 'Jualan' Agama Lewat Pariwisata?
Cari Berita

Advertisement

Pantai Syariah di Banyuwangi, Contoh Arabisasi dan 'Jualan' Agama Lewat Pariwisata?

Duta Islam #03
Minggu, 30 Juni 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Wisata Pantai Syariah Pulau Santen Banyuangi. Foto: Detik.com.
DutaIslam.Com - Viral di media sosial Pantai Syariah Pulau Santen di Banyuwangi. Di pantai yang membawa label agama ini, pengunjung pria dan wanita dipisah. Ada yang menyebut ini sebagai Arabisasi dan penjajahan model baru lewat pariwisata.

Pantai Syariah Pulau Santen di Banyuwangi dinilai tak ramah wisatawan. Hal ini lantaran ada pemisahan antara pengunjung laki-laki dan perempuan. Bahkan juga muncul meme yang menggambarkan Pantai Pulau Santen adalah pantai yang cocok untuk LGBT.

Satu netizen bernama Kajitow Elkayeni menilai telah terjadi Arabisasi dalam konsep pariwisata di Banyuwangi. Statemen tersebut dilontarkannya dalam tulisan bertajuk "Di Tanah Hindu Banyuwangi Itu, Arabisasi Dipaksakan Tumbuh".


Kajitow memaparkan, pantai Pulau Santen yang berkonsep wisata halal telah bergeser menjadi pengkultusan agama dan kelompok tertentu. Menurutnya, ada penjajahan model baru masuk lewat pariwisata melalui doktrin syariahnya.

"Pantai Santen mulai diarabkan. Pengunjung dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya. Percontohan itu dianggap sukses. Tempat-tempat lain menunggu pencaplokan. Untuk segera diarabkan," ujar Kajitow dalam tulisan yang diunggah pada 27 Juni 2019 lalu.

Dalam tulisan itu, Kajitow Elkayeni juga bercerita tentang sejarah Kerajaan Blambangan yang kalah karena serangan penjajah dan suku Madura. Para pendatang dari Jawa dan Madura mengambil-alih. Sejak saat itu, para pendatang ini menganggap merekalah pribumi di sana.

"Antek-antek Belanda itu bersukacita di atas bau bacin mayat rakyat Blambangan," ujarnya.

Kekalahan Osing mempertahankan tanah Blambangannya belum selesai. Setelah penjajah bule kabur, penjajah lokal masih saja belum puas menghancur-leburkan mereka. Kini ke-osingan mulai mendapat tantangan lebih serius dari doktrin agama. Tanah mereka mulai dipetak-petak sesuai tafsir sekelompok moron tekstual.

"Tetapi kesalah-kaprahan itu terlanjur dilakukan. Banyuwangi telah berhasil menjual keindonesiaannya demi Riyal dan Dinar. Menpar tahu, tidak ada dasar untuk menjalankan doktrin keislaman dalam pariwisata. Oleh sebab itu ia menyorongkan Jokowi agar menandatangani Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Produk Halal (PP JPH)," jelasnya.

Kajitow kemudian menilai Indonesia hari esok mirip seperti keadaan Osing dan Blambangan hari ini. Disebut-sebut sebagai pewaris kebudayaan, tapi hanya dalam slogan pariwisata dan buku-buku. Di dunia nyata, mereka telah lama disingkirkan. Atau diubah menjadi bentuk yang berbeda, yang bukan Osing dan Blambangan lagi.

Tulisan Kajitow sudah dibagikan 641 kali dan dikomentari oleh ribuan Netizen. Satu di antarnya berupa kekhawatiran terus adanya arabisasi di Indonesia.

"Semoga Indonesia jauh dari Arabisasi. Semoga budaya Indonesia selalu hidup. Aku cinta dengan budaya Indonesia!," ujar akun Jeroen van Der Kooij. [dutaislam.com/pin]

Keterangan: Diedit dan diolah dari Detik.com dari berita berjudul 'Viral di Medsos, Pantai Syariah Banyuwangi Contoh Arabisasi Pariwisata?'

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB