Indikator Politik: NU Jadi Penentu Kemenangan Jokowi
Cari Berita

Advertisement

Indikator Politik: NU Jadi Penentu Kemenangan Jokowi

Duta Islam #02
Kamis, 30 Mei 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi. (Foto: istimewa)
DutaIslam.Com - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan Nahdlatul Ulama (NU) menjadi penentu kemenangan pasangan calon presiden 01 Joko Widodo-KH Makruf Amin pada Pemilu 2019.

"Suka tidak suka, itulah yang terjadi, bahwa NU menjadi penentu kemenangan pasangan calon presiden 01, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, di mana pasangan 01 menang signifikan," kata Burhan dalam acara bincang santai 'Populisme Agama dalam Demokrasi Elektoral 2019', Rabu (29/5/2019).

Data exit poll yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan 56 persen warga NU mengaku memilih Jokowi. Angka tersebut naik 12 persen dibanding Pilpres 2014. Saat itu, warga NU yang memilih Jokowi hanya 44 persen. Soliditas NU dalam memilih Jokowi, menurut Burhan, tak lepas dari sosok KH Ma'ruf, Amin yang mewakili Jokowi.

Menguatnya dukungan NU kepada pasangan 01, menurut Burhan, tidak lepas dari pengaruh isu populisme agama. Kedua kubu kontestan sama-sama menggunakan isu populisme agama dan aliran. Ketika keduanya sama-sama menggunakan, ormas besar seperti NU, yang jumlahnya mencapai 60 persen lebih dari penduduk muslim Indonesia, menjadi penentu kemenangan.

Dua hal lain yang juga menjadi penentu kemenangan Jokowi, lanjut Burhan, adalah pemilih Jawa serta pemilih nonmuslim, seperti yang terjadi di Bali, NTT, dan kawasan timur Indonesia lainnya.

Kontribusi besar pemilih NU pada kemenangan Jokowi juga terlihat pada hasil survei Alvara Research Center. "Data Alvara menunjukkan, 54,3 persen warga nahdliyin adalah pemilih Jokowi," kata Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center, yang juga memaparkan hasil surveinya.

Memang, lanjutnya, Prabowo menang besar di Pulau Sumatera. Namun kekalahan Jokowi di Sumatera, terkonversi oleh kemenangan signifikan di daerah pemilih gemuk, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun tergerusnya suara 01 di Kalimantan terkompensasi oleh kemenangan di Bali dan wilayah timur Indonesia.

Hasan mengatakan menguatnya narasi populisme agama dan politik identitas menjadikan isu yang lain tidak laku. Isu terkait pemilih milenial dan ekonomi hampir tidak terdengar. Yang muncul adalah isu agama dan aliran.

Menurut Burhan, politik aliran menjadikan 51,4 persen pemilih menentukan pilihannya jauh sebelum pemungutan suara tanpa terpengaruh lainnya. [dutaislam.com/gg]

Keterangan: Teks sepenuhnya dari Detikcom

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB