Sindir Prabowo Gebrak Meja, Gus Nadir: Kita Butuh Pemimpin yang Emosinya Stabil
Cari Berita

Advertisement

Sindir Prabowo Gebrak Meja, Gus Nadir: Kita Butuh Pemimpin yang Emosinya Stabil

Duta Islam #03
Rabu, 10 April 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Prabowo menggebrak meja podium saat kampanye di Yogyakarta. Foto: Istimewa.
DutaIslam.Com - Rois Syuriah PCI NU Australia-New Zealand Nadirsyah Hosen menyindir perilaku Prabowo yang diketahui menggebrak meja podium saat berkampanye di Yogyakarta, Senin (08/04/2019). Lelaki yang akrab disapa Gus Nadir ini menegaskan satu hal yang juga penting untuk  dimiliki seorang pemimpin.

Menurut Gus Nadir, seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil. Pasalnya, dalam memimpin banyak keputusan yang harus diambil dalam kondisi tekanan yang berat juga dalam waktu yang sempit. Modal seorang pemimpin dalam hal ini haruslah matang secara emosi sehingga dapat berpikir secara jernih.

"Kita butuh pemimpin yang emosinya stabil. Banyak keputusan penting yang harus diambil dalam kondisi tekanan berat dan waktu yang sempit," tulis Gus Nadir melalui akun Twitternya, Senin (08/04/2019).

Menurut Gus Nadir, pemimpin sejati tahu cara mengontrol emosinya dalam rangka memberikan keputusan terbaik. "Anda tidak bisa menyelesaikannya dengan menggebrak meja atau podium. Pemimpin sejati tahu cara mengontrol emosinya untuk beri putusan terbaik," katanya dengan tagar #pilih01aja.

Calon Pemimpin Memperhatikan Keadaban
Menurut Pakar psikologi politik Hamdi Muluk, dalam sebuah konservasi politik terdapat sebuah retorika yang berisikan narasi untuk mengajak orang menyakini sebuah pilihan politik.

"Dalam sebuah konservasi politik, terdapat retorika apapun narasi maupun diksi-diksi yang mengajak orang untuk menyakini pilihan politik kita dan menjauhkan dari pilihan politik lawan itu sebuah keniscayaan," katanya Rabu (10/04/2019), dilansir dari TribunNews.Com.

Hamdi mengatakan, terdapat sebuah ukuran tindakan di lingkungan masyarakat yang membuat proses demokrasi lebih baik. "Sebaiknya calon pemimpin memilih kata-kata atau retorika yang tak memprovokasi, merendahkan dan menyinggung orang lain," tegas pakar psikologi politik itu.

Hamdi Muluk menyarakan, sebaiknya para calon pemimpin memperhatikan keadaban dalam pemilihan kata-kata saat orasi. "Jadi ada ukuran keadaban yang harus diperhatikan. Itu yang kadang-kadang batas tersebut dilanggar untuk medelegitimasi lawan politik," katanya. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB