 |
| Quick Count Pilpres 2019. Ilustrasi: Istimewa. |
Terbukti, serangkaian Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia, baik Legislatif maupun Eksekutif, yang digelar setiap waktu, hasil hitung cepat yang dikeluarkan sejumlah lembaga survei yang kredibel selalu selaras dengan penghitungan real count oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baru di Pilpres 2019, hasil quick count mendapat serangan oleh beberapa pihak yang merasa dirugikan dengan adanya quick count.
Jika metode quick count yang digunakan oleh sejumlah lembaga survei tersebut sudah sesuai dengan prosedur ilmiah, maka serangan dapat dinilai sebagai salah satu tindakan yang ingin mencederai kebenaran ilmiah.
Baca: Prabowo Menderita Penyakit Jiwa Delusi Megalomania?
Yang penting untuk selalu diingat adalah bahwa quick count sebagai bagian dari ilmu hitung bukanlah ilmu baru. Ilmu hitung telah muncul berabab-abad silam. Ulama sekaliber Imam Al-Ghazali telah berbicara tentang ilmu hitung dalam kitabnya al-Munqidz min al-Dhalal.
Al-Ghazali mengatakan:
أما الرياضية: فتتعلق بعلم الحساب والهندسة وعلم هيئة العالم
هي أمور برهانية لا سبيل إلى مجاحدتهم بعد فهمها ومعرفتها.
Artinya:
Ilmu perhitungan adalah teori argumentasi yang jika memahami dan mengetahuinya maka tidak akan ada jalan untuk membantahnya.
Tak hanya itu, Imam Al-Ghazali bahkan telah memprediksi adanya kelompok orang yang meminta agar agama mengingkari adanya ilmu yang didasarkan pada ilmu hitung.
نشأت من صديق للإسلام جاهل، ظن أن الدين ينبغي أن ينصر بإنكار كل علم منسوب إليهم.
Akan muncul orang dungu dari golongan konservatif islam yang menduga bahwa sebaiknya agama mengingkari setiap ilmu yang dinisbatkan pada ahli-ahli perhitungan. [dutaislam.com/pin].
