![]() |
Kiai Lukman Hakim. Foto: Istimewa. |
Menurut Kiai Lukman, Tashrifan merupakan cara berlogika sistematis, organis, silabis, historikal, faktual, aktual, dan milenial. Jika ada tokoh agama yang tidak tahu tashrif, maka cara berpikirnya dipertanyakan.
"Sejak zaman Old dulu para Ulama Nusantara berfikirnya sangat sistematis dan proporsional. Jika ada tokoh Islam yang nggak kenal Tashrifan dengan bagus biasanya berfikirnya agak-agak emboh," ujar Kiai Lukman melalui akun Twitternya, Selasa (05/03/2019).
Kiai Lukman mengatakan, Tashrifan sekaligus menunjukkan kehebatan pesantren. Tashrifan sama halnya dengan 5W+1H dalam jurnalistik untuk menunjukkan bukti kuat.
"Para penyidik hukum saja butuh alat bukti kuat. Nah cara berfikiirnya pasti ala Tashrifan juga. Bahkan 5 W + 1 H yang jadi kaidah Jurnalistik. Jika para Jurnalis tidak mengenal Tashrifan, beritanya nggak faktual dan tidak mendidik publik. Inilah hebatnya tradisi keilmuan pesantren," katanya. [dutaislam.com/pin]
