Tipu Muslihat Dibalik Kampanye Anak SD
Cari Berita

Advertisement

Tipu Muslihat Dibalik Kampanye Anak SD

Duta Islam #03
Selasa, 26 Februari 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ustadz Maheer At Thuwailibi cermah di hadapan siswa SD sambil memberi isyarat untuk memilih salah satu Paslon Pilpres 2019. Foto: dutaislam.com. 
Oleh M. Arifin

DutaIslam.Com - Dua video ramai diperbicangkan di media sosial. Pertama, video yang merekam salah satu ustad ceramah di depan ratusan siswa Sekolah Dasar (SD) berisi kampanye dukungan kepada salah satu Pasangan Calon Pemilihan Presiden 2019.

Kedua, video yang merekam sejumlah siswa SD di dalam kelas menyanyikan lagu yang liriknya dirubah berisi dukungan kepada salah satu Paslon Presiden 2019.

Dua video yang sudah ditonton ribuan kali itu sangat disayangkan. Anak SD yang seharusnya dididik dan fokus untuk belajar, tetapi diseret untuk kepentingan politik praktis. Satu tindakan yang mencederai hakikat pendidikan dan upaya merusak pikiran generasi muda.

Apa yang terjadi mengambarkan kontestasi politik yang tidak sehat dan keluar dari makna terdalam politik, mengatur masyarakat. Politik dalam hal ini semata-mata hanya untuk kepentingan kekuasaan. Pendidikan dan generasi muda dijadikan korban.

Kampanye Tipu-Tipu
Kampanye untuk mengenalkan calon kepada pemilih apa ide terbaik yang ditawarkan. Dengan kampanye masyarakat akan mendapatkan gambaran siapa calon yang layak memimpin. Dengan kampanye masyarakat akan mengenal lalu memutuskan siapa yang akan dipilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Pemahaman ini mengandaikan kampanye harus tepat sasaran. Kampanye harus menyasar kepada peserta pemilu yang punya hak suara. Kampanye dihadapan anak SD jelas tidak tepat sasaran.

Jika ini terjadi, maka ada dua kemungkinan. Pertama, pelakuknya sedang mengalami kondisi yang tidak sehat, baik secara mental maupun akal. Bila tidak karena terjangkit fanatik buta, kemungkinan sedang dilanda kebencian kepada calon lain.

Di hadapan siswa SD, ia sedang meluapkan emosinya untuk mempengaruhi, walapun tidak memiliki  berdampak apapun terhadap perolehan suara.

Kedua, kampanye tipu-tipu. Media sosial menjadi senjata cukup ampuh mempengaruhi masyarakat. Siswa SD hanya menjadi alat untuk menarik dukungan. Sejumlah anak SD yang bernyanyi mendukung salah satu calon seperti hendak menyampaikan kepada masyarakat bahwa calon yang disebut didukung banyak orang. Masyarakat yang belum mendukung secara tidak sadar diajak untuk mendukungnya juga.

Anak-anak menjadi komoditas untuk kepentingan politik praktis.

Terlepas kejadian itu telah dirancang sedemikian rupa atau tidak, melibatkan anak di bawah umur untuk politik praktis telah mencederai lembaga pendidikan dan generasi muda.

Tidakkah lebih baik jika anak-anak dikenalkan dengan politik kebangsaan, bukan hanya politik lima tahunan? [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB