Mengapa Gus Dur dan Kiai Said Dibunuh Karakternya?
Cari Berita

Advertisement

Mengapa Gus Dur dan Kiai Said Dibunuh Karakternya?

Minggu, 05 Agustus 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Gus Dur yang dihina dan dibunuh karakternya. Foto: istimewa
DutaIslam.Com - Untuk mengetahui hal ini harus dibreakdown dan diurut benang merahnya dari masa ke masa:

1. Pra Orde
Pada masa ini Dakwah Aswaja diperankan oleh Walisongo. Dari hampir 100% masyarakat Nusantara yang animisme, dinamisme, Hindu, Budha dan ragam kepercayaan lainnya, dirubah menjadi 99,5% muslim dengan tanpa kekerasan, tanpa peperangan.

Islamisasi Nusantara tak satupun yang dilakukan dengan menyakiti hati "target dakwah". Metodenya bukan al-Quran di tangan kanan dan pedang di tangan kiri, tapi dengan metode budaya (culture).

Sikap Walisongo terhadap budaya ada tiga. Budaya yang bertentangan dengan syariat maka diamputasi, budaya yang sesuai syariat maka tinggal menarik ke Islam, dan budaya yang tidak sesuai dengan syariat namun masih bisa di Islamisasi maka dimasukkanlah unsur-unsur Islam ke dalamnya.

Begitu soft dan indah proses Islamisasi di bumi Nusantara oleh pada Walisongo ini, karena meniru dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang mengedepankan akhlak, "Innama bu'itstu liutammima makarimal akhlaq".

Tidak hanya akhlak kepada kawan, terhadap lawanpun juga didekati dengan akhlak. Inilah dakwah moderat. Hal inilah yang diteruskan oleh Anak Cucu Walisongo, yaitu di antaranya oleh ulama-ulama NU.

2. Orde Revolusi
NU hadir terdepan dalam menumpas penjajah. Kiai dan santri menjadi garda depan dalam mempertahankan republik dari anasir kompeni yang akan menguasai tanah air Indonesia sekaligus menyebarkan agama mereka.

NU adalah benteng terakhir dalam mempertahankan republik karena membela tanah air hakikatnya adalah membela agama, karena tanah air adalah sajadah umat Islam.

Dimana tanah air tempat bersujud, tempat sholat, tempat beribadah, tempat makan minum, tempat beranak pinak dan tempat mengumpulkan pundi-pundi pahala dalam rangka mencapai ridla Allah SWT.

Peran NU dalam mempertahankan republik tidak bisa dianggap enteng, tidak bisa dipandang sebelah mata. Sehingga sampai keluar jargon: " Hubbul Wathan Minal Iman", cinta tanah air bagian dari Iman.


3. Orde Lama
NU bersama komponen bangsa yang lain baik dari kalangan nasionalis maupun non muslim meletakkan dasar negara yang kokoh, Pancasila sebagai pengejawantahan Piagam Madinah (Shahifah Madinah) masa Rasulullah SAW. Hubungan NU dengan pemerintahan Orba baik-baik saja, yang dibuktikan dengan keluarnya fatwa fiqih:

"Waliul Amri Dharuri bisy Syaukati" (Penguasa pemerintahan secara dharurat sebab kekuasaannya) pada Konferensi Alim Ulama di Cipanas tahun 1954, bahwa Presiden RI (Ir. Soekarno) dan alat-alat negara adalah waliyul amri dharuri bisy syaukah. NU melakukan itu karena kecintaan terhadap tanah air dan demi pengembangan ajaran Islam.

4. Orde Baru
Pada masa awal pembentukan orde Baru, NU memegang peranan penting karena berhasil menumpas PKI. NU sebagai bidan Orba. Namun apa yang terjadi?

Dalam perjalanan waktu, NU dicampakkan oleh Orde Baru. Sehingga timbul anekdot: "NU ndorong mobil mogok" dan "NU ibarat serbet/lap". Nasib serbet dipakai jika dibutuhkan namun jika sudah tidak dibutuhkan dibuang ke tempat sampah.

Saat negara hampir jatuh, NU hadir "menyelamatkan". Orde Baru berkuasa selama 32 tahun, namun dalam masa tersebut NU dipinggirkan, diisolasi, diintimidasi dan dimatikan.

Puncaknya tahun 1984, NU hampir "kolaps" karena Orba berhasil memecah belah NU dengan mendirikan NU tandingan KPPNU yang dipimpin Abu Hasan.

Di saat NU yang hampir "hancur" itulah Gus Dur sebagai cucu pendiri NU tergugah dan tergerak hati. Dengan gagah berani pasang badan, sehingga NU masih ada sampai saat ini. Gus Dur dengan KH Ahmad Shidiq membawa NU dari dasar jurang yang sangat curam hingga sampai menjuang ke langit. NU berkibar seantero dunia saat ini.

5. Orde Reformasi
Masa Reformasipun di saat republik hampir pecah, face to face antara kubu Habibie versus kubu Megawati maka Gus Dur hadir demi persatuan bangsa dengan bersedia dijadikan sebagai presiden RI. Sehingga bentrokan perang paregrek antara kubu Habibie versus kubu Megawati dapat terhindarkan dan Indonesia selamat dari perpecahan.

Selama Orde Reformasi, NU tetap memainkan peranan penting walau fitnahan, cacian dan agitasi ke Gus Dur tak berhenti. Gus Dur berhasil mengangkat NU dari keterpurukan, dari ujung tanduk menjadi semakin diperhatikan dan diperhitungkan di kalangan nasional maupun internasional. Sekali lagi Gus Dur.

6. Orde Millenial
Setelah Gus Dur wafat, ghirah NU diteruskan oleh anak-anak ideologis Gus Dur yang telah disemai sejak tahun 80-an dan saat tahun 2000-an NU telah panen pegiat-pegiat NU, aktivis-aktivis NU yang progresif dan militan hasil didikan Gus Dur.

Lha, anak-anak NU didikan Gus Dur inilah yang saat ini mulai dimatikan oleh para pembenci NU. Mengapa mereka benci anak-anak ideologis Gus Gur?

Karena anak-anak inilah yang telah dan akan meyelamatkan NU dan yang akan mengembangkan NU ke era modern. Mereka (pembenci NU) tidak ingin NU berkembang baik, inginnya NU hancur sebagaimana sekitar sebelum tahun 1984 yang mana proyek penghancuran NU mereka hampir berhasil, mereka nyaris senang dan bersorak-sorak ria. Namun ternyata Allah SWT punya skenario lain, NU diselamatkan Allah SWT lewat Gus Dur.

Frame untuk menghancurkan lapisan progresif dan militan NU masih dilakukan sampai sekarang dan lebih parah lagi karena sudah ditinggal wafat Gus Dur. Trik mereka dengan membuat stempel liberal.

Sehingga ulama-ulama NU yang getol memperjuangkan NU langsung dicap liberal, sedangkan orang-orangg NU yang hanya "Nunut Urip" di NU, yang mau kompromi dengan pembenci NU diklaim sebagai NU yang asli, NU Hadratus Syeikh Hasyim Asyari.

Diantara mereka mencoba memecah NU dengan membuat NU Garis Lurus yang mau disetir oleh para pembenci NU.

Ingat jika dulu ada KPPNU yang sifatnya politis saat ini ada NU garis lurus yang sifatnya ideologis. Intinya sama-sama mau menghancurkan NU yang DIREMOT oleh para pembenci NU.

Jadi tahukan sekarang mengapa Gus Dur, Kiai Said, Kia Yahya, Gus Mus, Habib Lufti, Habib Qurais Syihab dan ulama-ulama NU yang segaris dengan beliau-beliau dicap Liberal?.

Ya karena usaha memecah NU tak berhasil gara-gara ada kader-kader penerus perjuangan Gus Dur. [dutaislam.com/ab]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB