Dapatkan! Buku Jejak Kiai yang Mengungkap Rahasia Kematiannya Sendiri
Cari Berita

Advertisement

Dapatkan! Buku Jejak Kiai yang Mengungkap Rahasia Kematiannya Sendiri

Duta Islam #03
Senin, 16 Juli 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Buku Rekam Jejak Kiai Mustandji Yusuf. Foto: Dutaislam.com
DutaIslam.Com – Pengasuh Pondok Pesantren Mahslahatul Hidayah Errabu Bluto Sumenep Madura Kiai Mustandji Yusuf (1941-2008) dikenal masyarakat sekitar sebagai sosok yang memiliki ilmu mukasyafah. Beberapa hari sebelum wafat, Kiai Mustandji telah menceritakan waktu kematiannya kepada putrinya Nyai Qurrotu Aini. Tanggal 2 Ramadhan 1429/2 September 2008 saat itu, Kiai Musandj tiba-tiba mendatangi Nyai Qurrotu Aini yang kediamannya bersebelahan.

“Qur, saya tinggal 17 hari lagi,” ucap Kiai Mustandji di emperan rumah.

“Maksudnya 17 hari apa abah,” tanya Nyai Qurrotu Aini.

“Umur saya tinggal 17 hari lagi,” jawab Kiai Mustandji.

Nyai Qurrotu Aini tahu bahwa sang abah memiliki pengetahun ghaib. Tetapi saat itu Nyai Qurrotu Aini menimpali ucapan Kiai Mustandji dengan serasa tidak percaya. Namun, dengan tetap dengan perasaan was was. Saat itu Kiai Mustandji memang sudah mulai sakit-sakitan.

“Napah empean, bah (Jangan ngomong sembarangan begitu abah, Red),” ucap Nyai Qurroh.

Waktu terus berjalan. Tanggal 17 Ramadhan Kiai Mustandji Yusuf tidak bisa beraktifitas. Beliau hanya berbaring di tempat tidur. Para kerabat yang mulai berkunjung. Hingga tanggal 19 Ramadhan bertepatan dengan Hari Jumat pukul 05.30 Kiai Mustandji telah dipanggil oleh Allah. Apa yang diungkapkan Kiai Mustandji 17 hari sebelumnya benar.

Kiai Mustandji Yusuf Lahir Tahun 1941 di Desa Errabu, Bluto, Sumenep. Ayahnya, Yusuf, seorang penabuh gendang kesenian Panjhek (Topeng) yang oleh sebagian masyarakat dianggap tabu saat itu. Karena anggapan itu, Yusuf bertekat memondoknya anak-anak di Pesantren, termasuk Kiai Mustandji Yusuf muda.

Kiai Mustandji Yusuf tumbuh menjadi orang alim dan cinta ilmu pengetahuan. Beliau juga menyukai tirakat sejak masih di pesantren. Laku tirakat terus berlanjut bahkan semakin giat setelah keluar dari pesantren. Amanah mengurus pesantren sejak 1968 menambah motivasi bahwa dirinya harus benar-benar menjadi pembimbing santri, tak hanya secara lahir, namun juga secara batin.

Kiai Mustandji kemudian mengasingkan diri (uzlah) ke Pula Kangean (Pulau di ujung Timur Pulau Madura). Tirakat di Pulau Kangean dilakukan mulai 1961 hingga 1973 dalam beberapa tahap. Kiai Mustandji melakukan riyadah di berbagai tempat, seperti goa, masjid, bahkan hutan belantara di Pulau Kangean. Sejak kepulangan dari pulang Kangean inilah, mukasyafah Kiai Mustandji tidak diragukan oleh masyarakat setempat. Kiai Mustandji menjadi sandaran masyarakat yang memiliki masalah hidup, terutama yang berhubungan dengan dunia ghaib.

Selian dikenal sebagai Kiai yang memiliki ilmu Mukasyafah, Kiai Mustandi juga dikenal sebagai sosok sederhana (zuhud) dan ringan tangan. Tampil apa adanya bukan hal yang asing bagi santri-santrinya dan masyarakat setempat yang mengenalnya. Beliau suka memberi, bahkan kitab-kitab yang harus dikaji oleh santri ditanggung oleh kiai. Selama Kiai Mustandji mengasuh Mashlahatul Hidayah, santri mendapatkan kitab secara gratis.

Tidak berlebihan jika kiai yang pernah dituduh kafir karena mendukung golkar pada tahun 1980-an ini disebut sebagai sufi. Hal ini diperkuat dengan keterlibatannya dalam beberapa Thariqah di Sumenep seperti Naksabadiyah dan Pengkajian Ilmu Hakikat.

Buku “Kiai Mustandji: Keturunan Panjhek yang Ahli Riyadhah (Rekam Jejak dan Kontribusinya bagi Pesantren)” ini mengulas rekam jejak perjalanan Kiai Mustandji Yusuf mulai lahir hingga wafat. Rekam jejak menapaki tangga spiritual dan perannya bagi pesantren Mashalahatul Hidayah juga dibahas dalam buku ini.

Buku yang ditulis oleh Miftahul Arifin, salah satu santri Mashlahatul Hidayah ini juga memaparkan liku-liku perjalanan Kiai Mustandji dalam berumah tangga sebanyak empat kali. Pernikahan Kiai Mustandji dengan empat istrinya boleh disebut sebagai suratan takdir. Bayangkan, dalam waktu belum sebulan telah menikah dua kali karena ketaatan kepada gurunya di Pesantren.

Lebih detail mengenai sosok Kiai Mustandji bisa dibaca dalam buku ini.

Judul Buku            : Kiai Mustandji: Keturunan Panjhek yang Ahli Riyadhah (Rekam Jejak dan Kontribusinya bagi Pesantren)
Penyusun               : Miftahul Arifin
Tebal Buku            : 75 Halaman
Penerbit                 : Yayasan Maslahatul Hidayah
Tahun Terbit         : Juni 2018
Harga                     : Rp 30 Ribu
Pemesanan            : Arif: 082188967969 (WA)



Demikian [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB