![]() |
Ariel Heryanto. (Foto: JPNN) |
Hal tersebut, kata Ariel, dapat diduga bahwa yang rentan diajak jadi teroris itu adalah dosen/mahasiswa di bidang sains dan teknologi.
"Mereka terdidik mengejar kepastian salah/benar mutlak. Tidak toleran pada ironi, ambiguitas dan kontradiksi manusiawi," jelasnya melalui akun twitter pribadinya @ariel_heryanto, Ahad (03/06/2018).
Menurutnya, intoleransi itu adalah anak kandung modernitas. "Pasca-modernitas tidak bisa diandalkan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang dilahirkan modernitas. Tapi setidaknya pasca-modernitas membantu pemahaman tentang apa yang bermasalah pada modernitas," jelas Ariel.
Ariel mengatakan, memang benar bahwa ilmuwan sains and teknologi tidak sembarangan membuat kesimpulan. Mereka "terdidik mengejar kepastian". "Syarat berlapis-lapis. Tapi ujung-ujungnya: keyakinan yang "pasti" bisa dicapai utuh. Beda dari ilmuwan sosial/budaya," ungkapnya.
Twit Ariel tersebut sekaligus mengomentari berita yang menyatakan bahwa fokus beasiswa LPDP mulai tahun 2018 adalah bidang sains dan teknologi.
"Sekedar menggoda sebuah ironi: pemerintah sedang bertempur melawan intoleransi, sambil sekaligus menabur pupuk yang menyuburkan pertumbuhan intoleransi," tandasnya. [dutaislam.com/gg]
