![]() |
Foto: Dimas Kanjeng Taat Pribadi (Foto: Kompas.com) |
DutaIslam.Com – Penangkapan
Dimas Kanjeng Taat Pribadi pada 22 September 2016 lalu menyisakan banyak misteri. (Baca: Kronologi Penangkapan Dimas Kanjeng). Fakta yang diungkap oleh banyak media hanya menyebutkan seputar penipuan Dimas
Kanjeng yang bisa menggandakan uang hingga dugaan pembunuhan kepada
pengikutnya.
Tapi, di balik munculnya sosok yang sempat memanfaatkan
Dahlan Iskan sebagai orang dekatnya itu, belum banyak terungkap. Sumber Duta
Islam menyebutkan bahwa padepokan laki-laki tak bisa ngaji bernama Taat Pribadi
itu adalah tempat yang digunakan oleh beberapa oknum atau pejabat sejak era
Orde Baru (hingga sekarang) untuk menitipkan “harta haram”. Ini yang jarang
diungkap.
Menurut penuturan sumber Duta Islam yang tidak mau
disebutkan namanya itu, Taat Pribadi adalah orang yang juga diduga ikut bertanggungjawab
atas terjadi krisis moneter pada tahun 98-99.
Kata sumber itu, uang yang ada di bungker nya adalah asli. Cuma
nomor serinya adalah duplikat dari seri uang yang sudah diedarkan selama ini.
Di padepokan itu, nomor seri uang yang ada sengaja diacak agar tidak ketahuan. “Padahal
jika diurutkan akan diketahui doubel serinya,” ujarnya.
Dimas Kanjeng, tambah sumber tersebut, bukan orang pertama
yang menerima titipan uang tanpa terhitung jumlahnya itu. Dugaan paling kuat,
ia adalah murid dari oknum inti yang dititipi uang dengan duplikat nomor seri untuk
diedarkan kepada masyarakat luas. Isu yang dipakai, penggandaan.
Jika uang tersebut sudah beredar di masyarakat, maka, akan
terjadi inflasi besar-besaran karena nilai tukar rupiah turun. Terjadilah
krisis moneter. “Buktinya, uang yang ada di bungker Dimas Kanjeng rata-rata
dicetak tahun 99,” paparnya.
Sebetulnya bukan hanya Dimas Kanjeng yang dititipi uang
cetak asli seri ganda itu. Ada beberapa oknum kiai dan dukun yang dulu pernah dititipi
dengan dalih penggandaan uang. Isu penggandaan uang dianggap aman karena tidak
ada jejak perputaran transaksi.
Sayangnya, banyak oknum kiai dan dukun di Banyuwangi (yang
sebelumnya dikenal sakti), tidak mau menerima uang seri ganda itu. Atau, ada
yang menerima namun dianggap tidak amanah mendistribusikan uang tersebut. “Akhirnya
mereka dibunuh dengan isu ninja,” jelas sumber yang pernah jadi aktivis 98
tersebut.
Selain untuk menciptakan krisis moneter, uang yang ada di
tangan Taat Pribadi juga diduga digunakan untuk kepentingan Pilpres 2004. Jadi,
modal pelaksanaan Pilpres sudah disiapkan sejak 99.
Kini, padepokan Dimas Kanjeng juga diduga beberapa analis
sebagai tempat aman menyimpan uang haram, atau money laundry (tempat pencucian uang) dari beberapa transaksi
gelap. Baca Duta Islam: Ketika Marwah Daud Ibrahim Membela Dimas Kanjeng.
Mudah saja bagi pejabat negara, misalnya, untuk membersihkan
harta haramnya hanya dengan menitipkan ke Taat Pribadi, lalu ia ambil kembali
setelah sah disebut sebagai uang hasil penggandaan dari seorang dukun. Wallahu
A’lam. [dutaislam.com]
