[Dungu] Emak-Emak Protes Suara Adzan, Umat Islam Kesetanan Bakar Wihara
Cari Berita

Advertisement

[Dungu] Emak-Emak Protes Suara Adzan, Umat Islam Kesetanan Bakar Wihara

Rabu, 22 Agustus 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Pengrusakan Wihara di Tanjung Balai tahun 2016. Foto: Merdeka.com
DutaIslam.Com - Sebagian umat Islam memang dungu. Harus diakui, sebagian kaum Muslim dan kelompok Islam di Indonesia itu memang dungu. Saya katakan sebagian, karena banyak umat Islam yang masih waras.

Masak hanya karena seorang emak (Ibu Meliana) protes minta suara toa (loudspeaker) masjid dikecilkan saja karena dianggap terlalu keras dan mengganggu, terus ngamuk kesetanan sampai merusak dan membakar tempat ibadah (wihara/kelenteng)?

Di kampung, saya juga sering minta dan mengingatkan pihak takmir masjid untuk menggunakan toa secara wajar, misalnya jangan sampai digunakan sampai larut malam untuk membaca Al-Qur'an atau pengajian sehingga mengganggu tetangga dan orang lain yang sedang tidur karena mereka juga punya hak untuk tidur.

Siapa tahu ada orang dan tetangga yang sedang sakit atau bayi/anak-anak, dan lain sebagainya. Kebetulan, rumahku di kampung juga berhimpitan dengan masjid/langgar yang ayahku sendiri dulu yang mendirikan.

Masak minta pihak masjid untuk mengecilkan pengeras suara saja dianggap sebagai ekspresi kebencian dan permusuhan atas Islam dan kaum Muslim? Masak minta mengecilkan suara toa saja dianggap melakukan penodaan agama sehingga pelakunya dijerat hukuman 1,5 tahun penjara oleh PN Medan.

Jika bukan dungu, lalu apa? 

Yang jelas-jelas melakukan penistaan dan penodaan agama itu adalah mereka yang suka berbuat brutal, anarkis, dan kekerasan terhadap tempat-tempat ibadah umat lain; hobi melakukan tindakan intoleransi terhadap umat agama lain; gemar menghina ajaran, doktrin, kitab suci, dan ritual umat agama lain.

Kedunguan demi kedunguan terus dipertontonkan oleh sekelompok umat Islam tengil di Indonesia yang membuat wajah Islam semakin buram.

Saya melihat sikap PBNU dalam hal ini sudah benar, yaitu menempatkan keluhan emak-emak itu sebagai sebuah kritik konstruktif yang wajar dalam kehidupan masyarakat yang plural, bukan sebagai bentuk penistaan agama Islam apalagi ekspresi kebencian dan permusuhan terhadap umat Islam. 

Seharusnya masalah sepele kayak gini bisa diselesaikan dengan sangat sederhana dan simpel sekali. Tak perlu dengan kekerasan. Tak perlu ngamuk. Tak perlu marah-marah. Tak perlu bakar-bakaran dan ngrusak-ngrusakan.

Tak perlu membawa kasus remeh-temeh ini ke pengadilan. Dan tak perlu mempertontonkan kedunguan berjamaah di hadapan publik Indonesia dan dunia! Malu-maluin! Malu-maluin Islam dan pemeluknya! Fanatik berislam silakan, goblok jangan! [dutaislam.com/ab]

Jabal Dhahran, Jazirah Arabia

Source: Sumanto Al-Qurtuby

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB