Menyoal Isra'iliyyat Sejarah Kiai Hasan Wiso Bugel Jepara
Cari Berita

Advertisement

Menyoal Isra'iliyyat Sejarah Kiai Hasan Wiso Bugel Jepara

Duta Islam #05
Jumat, 26 Januari 2024
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
haul mbah hasan wiso januari 2024
Mbah Sapon (foto kiri) dan suasana haul perdana Kiai Hasan Wiso, Bugel, Jepara, Kamis (24 Januari 2024), siang. Foto: dutaislam.com.


Dutaislam.com - Di makam umum Sawit Desa Bugel, Kedung, Jepara, ada nama leluhur penduduk Bugel yang dikenal dengan nama Kiai Hasan Wiso (Hasan yang ahli racun). Pada Kamis siang, 15 Januari 2024 kemarin, haul perdana Kiai Hasan Wiso Bugel digelar di kompleks makam setempat. 


Setidaknya, ada ratusan keturunan Kiai Hasan yang datang ke acara terbatas tersebut. Dalam agenda yang hanya berlangsung sekitar dua jam itu, hadir seorang tokoh bernama Mbah Sapon (dari Sukoharjo). Melalui klaimnya, Kiai Hasan disebut sebagai tokoh yang hidup di abad 16. 


Menurut klaimnya, Hasan bersama Raden Bagus Citro (dimakamkan di Wanusobo, Kedung) pernah diutus oleh Sultan Pajang Hadiwijoyo untuk mencari Syaikh Makdum Ali (diklaim Sapon sebagai ulama' asal Rum) yang pada beberapa tahun sebelumnya menghilang padahal mendapatkan amanah mencari pembunuh Sultan Hadlirin.


Menurut klaim Sapon, Hasan dan Bagus Citro akhirnya berhasil menemukan Maqdum Ali di Muria, bersama Sunan Muria. Mereka bertiga pun menuju Jepara, menemui Ratu Kalinyamat, dengan bekal satu kepek emas (Jawa: kiso) yang terbuat dari janur. Disebutlah Hasan dengan julukan Hasan Kiso, bukan Hasan Wiso.  


Di Kedung, mereka dicegat 10 orang yang ingin merampok emas tersebut. Mereka semua dilawan oleh Hasan, Bagus Citro dan Maqdum Ali. Senjata kayu perampok kocar-kacir dan tugel-tugel. Disebutlah daerah itu sebagai Bugel. Demikian menurut klaim sejarah Mbah Sapon yang disampaikan pada Kamis siang itu.  


Blunder Sejarah

Bila versi sejarah atas Mbah Sapon itu benar, maka, beberapa pertanyaan bisa diajukan, sebagaimana diutarakan oleh trah ke-7 Kiai Hasan pada siang itu, dalam sesi diskusi (tanya jawab). 


  1. Keturunan Mbah Hasan yang masih hidup sekarang ada di urutan ke-5, ke-6, ke-7 dan ke-8. Kalau Mbah Hasan hidup di abad 15 (1.500) harusnya keturunan sekarang berada di urutan ke-13, ke-14 atau ke-15, seperti keturunan para Walisongo itu, yang tercatat rapi. Apakah mungkin orang yang hidup di abad 16, keturunannya baru mencapai tujuh generasi?
  2. Menurut Sapon, Mbah Wiso berteman dengan Bagus Citro. Ini perlu disoal, pasalnya, data sejarah Pemdes Wanusobo menyebutkan bahwa R. Bagus Citro hidup di zaman Diponegoro (w. 1855 di Makassar). Sejarah Bagus Citro versi Pemdes Wanusobo lebih sesuai dengan kronologi pakem sejarah Diponegoro karena menurut keterangan Mas'adi -penduduk Wanusobo- Bagus Citro adalah pasukan Diponegoro yang menghilang ke alas Wanusobo lari dari kejaran Belanda pasca ditangkapnya Diponegoro di Magelang. Kronologi ditangkapnya Diponegoro ini tidak bertentangan dengan fakta sejarah resmi yang tertulis dan valid. Hal ini pun bisa dicek di buku-buku sejarah resmi. Bila Raden Bagus Citro (abab ke-19) bertemu dengan Sultan Hadiwijoyo (abad 16 | w. 1582 M), apakah umur Raden Bagus mencapai 200an tahun lebih?
  3. Maqdum Ali katanya nama lain Maulana Mangun Sejati yang makamnya ada di desa Bugel juga. Lalu, bagaimana dengan Makdhum Ali yang makamnya ada di Karang Lewas, Banyumas? 
  4. Kapan makam Sawit mulai ada? Sejak zaman Walisongo atau Mataram? Mengapa Mbah Hasan yang konon disebut-sebut hidup sezaman dengan Walisongo hanya dimakamkan di pemakaman umum, dibawah pohon, dan nisannya tidak seperti makam-makam wali era Walisongo, yang terbuat dari batu, karang, atau lainnya? 


Sayangnya, semua pertanyaan di atas tidak dijawab oleh Mbah Sapon. Dia hanya mengalihkan jawaban saja. Bukan menyelesaikannya dengan jawaban, sebagaimana keinginan para keturunan Hasan Wiso lainnya. 


Bila sejarah tidak bisa dijelaskan secara kronologis, tidak dikomparasikan dengan fakta-fakta ekternal yang terkait dengannya, apalagi tiada korespondensi dengan sumber-sumber narasi di luar narasi baru yang sudah disusun dan diklaim, maka, sejarah bisa dianggap sebagai legenda isra'iliyyat yang maudlu' (palsu), bertentangan dengan akal sehat dan pakem sejarah yang diakui, sebagaimana sejarah Mbah Hasan Bugel. 


Sepertinya, para dzurriyah Hasan Wiso Bugel memiliki pekerjaan rumah baru untuk membenarkan klaim sumber mereka: Sapon. Bila tidak ingin disebut Isra'iliyyat, setidaknya mereka harus bisa mengaitkan klaim dengan serpihan fakta di lapangan terkait Bagus Citro, Ratu Kalinyamat, Syaikh Maqdum Ali, Mangun Sejati dan bahkan Sunan Muria Kudus. Bila tidak, publik boleh menyamakan kisah Mbah Sapon tentang Mbah Hasan Bugel dengan hadits munkar atau batil. [dutaislam.com/ab]


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB