Penjelasan dan Tafsir Surat An-Nas Ayat 1-6
Cari Berita

Advertisement

Penjelasan dan Tafsir Surat An-Nas Ayat 1-6

Minggu, 13 Desember 2020
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
tafsir surat an-nas ayat 1-6 wahbah zuhaili
Tafsir Surat An-Nas dan artinya dalam Kitab Tafsir Munir Dr. Wahbah Zuhaili. Foto: dutaislam.com.


Dutaislam.com - Surat ini dinamakan Surat An-Nas, karena dimulai dengan firman Allah SWT قل أعوذ برب الناس. Kata An-Nas dalam Surat ini diulang sebanyak lima kali. Surat ini turun bersamaan dengan surat sebelumnya dan merupakan Surat Makkiyah menurut kebanyakan ulama. Ada yang berpendapat bahwa surat ini adalah Madaniyyah, sebagaimana keterangan sebelumnya. Sebab turunnya juga dapat kita ketahui sebagaimana surat sebelumnya.


Surat ini adalah surat terakhir dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an dimulai dengan Surat Al-Fatihah yang merupakan permintaan pertolongan kepada Allah dan memuji'Nya. Dan Al-Qur'an diakhiri dengan dua Surat Al-Mu'awwidzatain yang bertujuan untuk meminta pertolongan kepada Allah juga.


Kandungan Surat

Surat ini mengandung isti'adzah (permintaan perlindungan) kepada Allah SWT, Tuhan seluruh manusia dari segala kejahatan Iblis dan bala tentaranya yang dapat melalaikan manusia dengan cara menebarkan rasa waswas pada diri mereka.


Kita telah mengetahui bahwa surat ini, Al-Falaq dan Al-lkhlash adalah surat-surat yang digunakan oleh Rasulullah saw. untuk meminta perlindungan kepada Allah dari sihir orang-orang Yahudi. Ada yang mengatakan bahwa kedua Surat Al-Mu'awwidzatain dinamakan juga Al-Muqasyqasyatan, yakni dua surat yang dapat membebaskan dari sifat munafiq.


Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Tirmidzi meriwayatkan dari Uqbah bin Amir dari Nabi saw., beliau bersabda,


لقد أنزل الله على أيات لم ير مثلهن قل أعوذ برب الناس إلى أخر السورة وقل أعوذ برب الناس إلى أخر السورة


Artinya:

"Allah telah menurunkan ayat-ayat kepadaku yang tidak ada tandingannya, yaitu Surat An-Nas dan Surat Al-Falaq". 


Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih". Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim.


Bunyi teks Surat An-Naas Ayat 1- 6


قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَٰهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ


Artinya:

"Katakanlah, Aku berlindung kep ada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (QS. An-Nas: l-6)


Tafsir dan Penjelasan

"Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia," (An-Naas: 1-3). 


Katakanlah wahai Rasul, Aku berlindung dan meminta pertolongan kepada Allah Dzat yang memelihara dan menjaga seluruh manusia, serta menciptakan dan mengatur seluruh perkara mereka. Dialah Dzat yang mempunyai kepemilikan dan kekuasaan yang sempurna. Dia adalah Tuhan yang disembah oleh seluruh manusia. Nama Al-Ilah khusus untuk Allah dan tiada sekutu bagi-Nya. Adapun nama Al-Malik terkadang dipakai oleh Dzat yang benar-benar Tuhan, terkadang tidak.


Inilah tiga sifat bagi Allah SWT, ar-Rububiyyah, al-Milku, dan al-Uluhiyah. Dia adalah Tuhan dan pemilik segala sesuatu. Semua makhluk diciptakan oleh-Nya dan menjadi milik-Nya. Sifat ar-Rububiyyah didahulukan karena cocok untuk al-Isti'adzah (permintaan pertolongan). Sifat ini mengandung kenikmatan penjagaan dan pemeliharaan. 


Kemudian Allah SWT menyebutkan slfat Milkiyyah (kepemilikan) karena orang yang meminta pertolongan tidak mendapati pertolongan melainkan dari pemiliknya. Setelah itu Allah menyebutkan sifat Uluhiyah untuk menjelaskan bahwa Dialah Dzat yang berhak untuk disyukuri dan disembah, bukan yang selain-Nya. Sebab pengulangan lafadz An-Nas adalah untuk menambah penjelasan dan keterangan, serta menunjukkan kemuliaan manusia di antara makhluk-makhluk Allah SWT. 


Allah berfirman (إِلَٰهِ النَّاسِ) Tuhan manusia, padahal Allah adalah Tuhan seluruh makhluk. Manusia disebutkan secara khusus untuk tujuan memuliakan eksistensi mereka, karena al-isti'adzah (permintaan pertolongan) tersebut adalah karena mereka.


"Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi". (An-Naas: 4).


Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang menebarkan rasa waswas yang sering bersembunyi dan terlambat mengingat Allah. Jika manusia mengingat Allah SWT setan akan bersembunyi. Namun jika ia tidak mengingat-Nya setan akan menyebar dalam hatinya. Ibnu Abbas berkomentar tentang ayat ini, "Setan bertengger di hati anak Adam. Jika ia lupa, setan akan memberinya rasa waswas, dan jika ia mengingat Allah, setan akan bersembunyi".


Allah SWT telah memberi kekuatan kepada setan untuk menguasai manusia kecuali orang-orang yang telah dijaga oleh Allah SWT. Itu semua bertujuan untuk bermujahadah, fitnah (bencana) dan ujian. Dalam hadits shahih, Nabi saw. bersabda,


ما منكم من أحد إلا وكل به قرينه. قالوا: وأنت يا رسول الله؟ قال: نعم إلا أن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمرني إلا بخير


Artinya:

"Tiada seorang pun dari kalian melainkan diberi qarinnya (teman). Para sahabat bertanya, "Engkau juga wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Iya, hanya saja Allah telah membantuku atasnya sehingga dia masuk Islam dan tidak menyuruhku melainkan dalam kebaikan". 


Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Anas tentang kisah Shafiyyah yang mengunjungi Nabi saw saat beliau beri'tikaf dan keluarnya beliau dengannya di waktu malam untuk mengantarnya pulang ke rumahnya. Kemudian ada dua orang lelaki dari kaum Anshar berpapasan dengan beliau.


Saat keduanya melihat Nabi saw., mereka mempercepat jalan, lantas Rasulullah saw. bersabda, "Kalian berdua jangan berjalan tergesa-gesa, sesungguhnya ini adalah Shafiyyah binti Huyay." Mereka berdua berkata, "Mahasuci Allah, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Sesungguhnya setan mengalir pada diri manusia dalam aliran darah. Sesungguhnya aku khawatir setan menebarkan sesuatu -atau keburukan- dalam hati kalian berdua."


Diriwayatkan oleh al-Hafidz Abu Ya'la al-Mushili dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,


إن الشيطان واضع خطمه على قلب غبن أدم فإن ذكر خنس وإن نسي التقم قلبه فذلك الوسواس الخناس


"Sesungguhnya setan telah meletakkan hidungnya di hati anak Adam. Iika ia mengingat Allah, maka setan akan bersembunyi. Jika ia lupa, maka setan akan menguasai hatinya, dan itulah al-waswas al-khannas" waswas yang bersembunyi."


Ahmad meriwayatkan dari Abi Tamimah yang menyampaikan dari orang yang berjalan di belakang Rasulullah saw.


"Onta Nabi tersungkur, lantas aku berkata, "Hancurlah setan." Lantas Nabi saw. bersabda, "janganlah kamu berkata: hancurlah setan, karena jika kamu berkata demikian, maka setan akan semakin besar dan berkata, "Dengan kekuatanku maka aku akan melemparnya. Dan jika kamu berkata, "Dengan menyebut nama Allah" maka setan akan mengecil hingga menjadi seperti lalat".


Hadits di atas menunjukkan bahwa ketika hati berdzikir (mengingat) kepada Allah, setan akan mengecil dan kalah. Akan tetapi jika hati tidak berdzikir kepada Allah, setan akan membesar dan mengalahkan.


Kemudian, Allah SWT menjelaskan tempat waswas setan, Allah berfirman, 


"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia." (An-Nas: 5)


Yang menebarkan pikiran-pikiran buruk dan jahat di dalam hati. Dalam ayat tersebut disebutkan kata ash-Shudur (dada) karena dada adalah tempat hati. Pikiran-pikiran itu tempatnya di hati, sebagaimana dikenal dalam dialektika orang-orang Arab.


Kemudian, Allah SWT menjelaskan bahwa yang melakukan waswas itu ada dua macam; jin dan manusia. Allah berfirman,


"Dari (golongan) jin dan manusia." (An-Nas:6)


Yang menebarkan rasa waswas itu adakalanya setan dari kalangan jin yang menebarkan waswas di hati manusia, sebagaimana telah dijelaskan. Adakalanya juga setan dari kalangan manusia. Waswas setan dari kalangan manusia di hati manusia adalah ia melihat dirinya layaknya orang yang menasihati. Kemudian nasihatnya tersebut mengena dalam hati dan menjadikannya mangsa waswas setan dari kalangan jin. 


Ini merupakan dalil bahwa waswas itu terkadang dari kalangan jin dan terkadang dari kalangan manusia, sebagaimana dalam firman Allah,


وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا


Artinya:

"Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka bisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan." (QS. Al-An'am: 112)


Yakni bukan permusuhan pemaksaan dan penguasaan, tetapi Allah SWT meletakkan pada diri mereka kekuasaan untuk memilih. Di antara mereka memilih untuk mendengarkan waswas setan dan di antara mereka ada yang menghindari permusuhan dan waswas setan.


Fiqih Kehldupan atau Hukum-Hukum

Karena sifat kasih Allah SWT kepada kita, Allah mengajari kita tentang tata cara untuk berlindung dari setan manusia dan jin. Dia memberitahu kita tentang tiga sifat-Nya; rububiyyah, milkiyyah dan uluhiyyah. Dengan sifat-sifat-Nya tersebut, Allah akan menjaga hamba yang meminta perlindungan dari kejahatan setan-setan dalam agama, dunia danakhirat. 


Makna sifat rububiyyah menunjukkan perhatian yang lebih dan keinginan kuat untuk memelihara. Allah menyebutkan bahwa Dia adalah Tuhan seluruh manusia, meskipun sebenarnya adalah Tuhan seluruh makhluk. Hal ini karena dua alasan; (1) karena manusia adalah makhluk yang diagungkan. Dengan menyebut mereka, Allah memberitahu bahwa Dia adalah Tuhan yang memelihara mereka meskipun derajat mereka agung, (2) Karena Allah SWT memerintahkan untuk meminta perlindungan dari kejahatan manusia. Dengan menyebut mereka, Allah memberitahu bahwa Dialah yang memberi perlindungan kepada mereka.


Kemudian, Allah SWT menyebutkan dua sifat-Nya; al-Milk dan Uluhiyyah untuk menjelaskan kepada manusia bahwa Dialah pemilik mereka yang sebenarnya meskipun mereka mempunyai raja-raja. Allah iuga memberitahu bahwa Dialah Tuhan dan sesembahan mereka, tiada Tuhan melainkan Dia. Dialah yang wajib untuk dimintai perlindungan, bukan raja-raja dan para pembesar dari kalangan makhluk.


Surat ini menjelaskan bahwa waswas, adakalanya dari jin dan adakalanya dari manusia. Hasan berkata, "ltu adalah dua setan. Setan dari kalangan jin akan menebarkan rasa waswas di hati manusia. Sementara itu, setan dari kalangan manusia, ia akan datang secara terang-terangan." Qatadah berkata, "Sesungguhnya dari kalangan jin ada setan-setan dan dari kalangan manusia juga ada setan-setan, maka berlindunglah kepada Allah dari setan manusia dan jin."


Kita dapat memerhatikan bahwa Dzat yang dimintai perlindungan dalam Surat al-Falaq, disebutkan dengan satu sifat, yaitu bahwa dia adalah Rabbul Falaq (Tuhan yang menguasai Shubuh). Hal yang dihindari di dalam Surat tersebut ada tiga macam keburukan, yaitu al-Ghaasiq (gelap malam), an-Naffaatsaat (tukang sihir perempuan), dan al-Haasid (orang dengki). 


Adapun di dalam Surat ini, Dzat yang dimintai perlindungan disebutkan dengan tiga sifat, yaitu Rabb (pemelihara), Malik (penguasa/pemilik) dan llaah (Tuhan sesembahan), sedangkan yang dihindari adalah satu keburukan, yaitu waswas. Sebab perbedaan pada dua Surat ini adalah bahwa pada Surat pertama yang diminta adalah keselamatan jiwa dan badan, sedangkan dalam Surat ini adalah keselamatan agama. Kecelakaan agama meskipun sedikit, lebih besar daripada kecelakaan dunia meskipun banyak. [dutaislam.com/ab]


Keterangan:

Tafsir ini sepenuhnya diambil dari Terjemah Tafsir Munir Dr. Wahbah Zuhaili Jilid 15, hlm: 731-735.


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB