KH Yasin Yusuf Pernah Meriwayatkan Pancasila Tergambarkan di Tradisi Amaliyah NU (Tahlilan)
Cari Berita

Advertisement

KH Yasin Yusuf Pernah Meriwayatkan Pancasila Tergambarkan di Tradisi Amaliyah NU (Tahlilan)

Duta Islam #07
Senin, 14 Oktober 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
pancasila dan islam nusantara
Penjelasan pancasila dan islam nusantara nu. Foto;; istimewa
DutaIslam.Com - Diriwayatkan 'bil makna'  dari beberapa kyai, yang  meriwayatkan dari Al Maghfurlah KH Yasin Yusuf (Da'i terkenal dari Blitar Jawa Timur) yang telah memberikan penafsiran sederhana dan  unik tentang Pancasila yang dikaitkan dengan tradisi amaliyah warga NU yaitu Tahlilan.

KH. Yasin Yusuf pernah berkata: "Kalau kita ingin melihat pelaksanaan Pancasila yang benar dan tepat maka lihatlah orang Tahlilan yang biasanya diamalkan oleh orang NU".

Dalam pesan di atas mempunyai makna yang simple dan mendalam, diantaranya:
Satu, orang tahlilan itu pasti baca Surat Al-Ikhlas yang berbunyi Qulhu Allahu Ahad Allahush Shomad. Itulah Ketuhanan Yang Maha Esa dan di dalam tahlil pasti baca itu. Yang artinya Tuhan itu satu. Dan juga pasti baca La ilaha Illallah (Tiada Tuhan selain Allah).


Kedua, orang tahlilan di lingkungan NU itu siapapun boleh datang dan ikut, tidak ada seleksi, tidak ada pertanyaan, "Kamu bisa tahlil enggak? Kalau enggak bisa, tidak boleh ikut". Di lingkungan orang NU tidak seperti itu,”. Bahkan abangan atau non Muslim pun boleh ikut dan orang yang membid'ah-bid'ahkan tahlil pun dipersilakan ikut, kalau mau. Tidak ada yang dibeda-bedakan. Itulah Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Ketiga, kalau melihat di kampung-kampung, orang tahlilan itu duduknya bersila semua. Tidak dibedakan duduknya seorang pejabat, kiai, santri dan orang biasa. Semuanya duduk bersila, rata. Di samping duduknya bersila semua, rangkaian dzikir-dzikir yang dibaca pun sama dan seragam, cara bacanya pun bareng. Itulah Persatuan Indonesia terdapat dalam sila ke tiga Pancasila.

Pancasila dan Islam Nusantara


Keempat, setelah itu, menjelang dimulai, di sanalah mereka mencari pemimpin, mereka saling tuding, saling tunjuk, tapi juga saling menolak jika ditunjuk. Satunya bilang "Anda saja yang mimpin" dan yang lainnya juga bilang "Anda yang lebih pantas,” Di sinilah terjadi musyawarah kecil-kecilan mencari seorang pemimpin tahlil. Setelah satu orang terpilih, maka dialah yang memimpin tahlil. Itulah Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Kelima, setelah tahlil selesai, "Berkat" (bingkisan berupa makanan) dikeluarkan untuk diberikan kepada orang-orang yang tahlillan. Semuanya mendapatkan "Berkat" yang sama tanpa ada perbedaan baik dalam bentuk, tampilan dan isinya, semuanya sama. Itulah makna Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Ya memang terkadang ada sedikit tambahan "Berkat" buat yang mimpin tahlil tapi wajarlah.


Semoga pesan yang disampaikan membawa kita ke dalam kedamaian yang kita inginkan, Islam rahmatan lil'alamin. [dutaislam/ka]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB