![]() |
No caption. (Foto: Facebook Surya Hamidi) |
DutaIslam.Com - Apakah wajar KPU memenuhi undangan BPN ke Hotel Syahid? Coba tanya kepada "budayawan sampah", siapa yang lebih tinggi kedudukannya, apakah penyelenggara pemilu atau kontestan pemilu? BPN sengaja mengundang KPU itu sudah yakin KPU tidak akan datang. BPN melakukan itu biar didengar oleh kampret yang tidak ngerti tata negara itu menganggap KPU pengecut.
Kenapa BPN membeberkan "kecurangan" KPU di Hotel Syahid, bukan di MK? Kalau dipaparkan di MK akan terjadi penyaringan, penelitian, pengkajian dan bantahan dari KPU dan bahkan oleh kubu 02. Dengan dipaparkan kecurangan "tanpa bantahan" itu, stigmatisasi terhadap KPU bahwa KPU itu curang melekat di kepala kampret yang memang kaum inferior semua. Dengan demikian, militansi kampret non partai tersebut tetap dipertahankan.
Setelah militansi kaum tanpa nalar tersebut didapatkan, Prabowo tinggal playing victim dan menolak keputusan KPU. Para kampret militan tersebut hanya butuh triger dari "ulama-ulama sampah" untuk berdemo anarkis dan menunggu korban jatuh lalu diserukanlah "jihad" melawan pemerintah yang sah. Di belahan dunia manapun, kaum-kaum lemah akal dan cuti nalar inilah yang digunakan oleh Amerika sebagai proxy untuk menjatuhkan pemerintahan suatu negara yang tidak bisa didiktenya.
Bila terjadi chaos, Amerika bertepuk tangan. Freeport dan Newmont kembali berjaya. Blok Mahakam dan Blok Rokan kembali ke Caltex (Chevron). Simpel kan??? [dutaislam.com/gg]
Source: Surya Hamidi
Baca: Gus Nadir Ingatkan Kubu Prabowo Hadapi Kekalahan Pilpres 2014 yang Ucapannya Tak Sesuai Kenyataan
