Kiai Marzuki Mustamar. Foto: Istimewa. |
“Punya apa enggak alat atau piranti untuk bisa memahami Al-Quran Sunah itu. Mereka hafal apa enggak? Berapa ribu dalil yang mereka kuasai? Sudahkah mereka khatam Bukhari Muslim dan Kutubus Sittah?” katanya, Rabu (01/08/2018) dilasnir Dutaislam.com dari NU Online.
Kiai Marzuki melanjutkan pernyataanya, “Sudahkah mereka tahu asbabun nuzul dan asbabul wurud? Sudahkah mereka tahu nasikh dan mansukh? Ya kan. Am, makhsus? Mutlaq muqayyad? Mubham mubayyan?” tegasnya.
Kiai Marzuki mengatakan, semua yang disebutkannya ialah piranti untuk memahami, menyimpulkan hukum dari Al-Quran Sunah. Tak hanya itu, ulama juga memiliki watak khusus yaitu mereka harus khasiyah, takut kepada Allah. Setiap malam bangun, banyak berzikir agar hati selalu sambung dengan Allah.
“Ulama itu harus kasih sayang. Lebih dekat kepada umat daripada kepada pejabat. Sudahkah itu dimiliki? Ulama itu menjaga kemaslahatan, menjaga keutuhan. Sudahkah orang-orang itu dakwah, tapi tetap aman? Jihad, tapi tetap aman. Amar ma’ruf, tapi tetap aman atau malah berkedok itu malah mengkacaukan situasi?” tanyanya.
Kiai Marzuki menambahkan, kriteria ulama bukan sosok yang terkenal di televisi atau ceramahnya viral di media sosial. Ia menyebutkan beberapa sosok yang menurutnya ulama. Kepada merekalah umat Islam, terutama warga NU, mengikuti fatwanya.
“Bahwa, Kiai Anwar Manshur dari Lirboyo ulama, semua sepakat. Bahwa Kiai Dimyati Rois ulama, semua sepakat. Bahwa Kiai Maimoen Zubair ulama, semua sepakat. Bahwa Kiai Nawawi Abdul Jalil Sidogiri itu ulama, semua sepakat. Bahwa Tuan Guru Turmudzi ulama, semua sepakat. Tuan Guru Zaini Kalsel, itu ulama, semua sepakat,” ucapnya, masih dilansir dari NU Online. [dutaislam.com/pin]