5 Kiai Paling Sakti Mandraguna di Tanah Jawa Aliran NU
Cari Berita

Advertisement

5 Kiai Paling Sakti Mandraguna di Tanah Jawa Aliran NU

Duta Islam #03
Kamis, 19 Juli 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Kiai-Kiai NU yang sakti di Tanah Jawa Aliran NU.
DutaIslam.Com – Kiai-kiai NU tak hanya alim dalam ilmu agama. Mereka juga memiliki kesaktian yang luar biasa. Sehingga tak jarang orang-orang yang berhadapan gentar bila tak punya maksud baik.

Berikut ini daftar 5 kiai NU yang dikenal sakti mandraguna sebagaimana dilansir dari Blog Pribadi Kang Masruhan (www.masrukhan.net):

1. Gus Maksum
Kiai Maksum Djauhari atau yang lebih dikenal sebagai Gus Maksum merupakan seorang Kyai paling sakti di Tanah Jawa dengan kesaktian ilmu kanuragan yang tinggi. Sebab itulah Gus Maksum justru dikenal sebagai pendekar berkat kepiawaiannya dalam mengaji kitab kuning sekaligus juga ahli dalam seni beladiri atau silat. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Menurut referensi dari sebuah buku Antologi Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah NU, Karya Soeleiman Fadeli dan Muhammad Subhan, Gus Maksum sangat suka mengembara ke berbagai daerah di Pulau Jawa untuk berguru ilmu silat. Karena itulah di masa dewasanya Beliau tampil menjadi pendekar legendaris di kalangan NU. Penampilannya dengan rambut gondrong, jenggot dan kumis Panjang, bersarung setinggi lutut, memakai bakiak, berpakaian seadanya dan tidak makan nasi semakin membuat kesaktiannya dikenal hebat.

Konon, saking saktinya sampai-sampai rambut beliau tidak mempan dipotong, mulutnya bisa menyemburkan api, mampu melemparkan sapi seperti melemparkan sandal, tidak mempan disantet, tidak mempan senjata tajam, mahir menaklukkan jin, dan lain sebagainya. Namun kini Gus Maksum sudah tiada, beliau meninggal di Kanigoro pada 12 Januari 2003. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga, sebelah barat masjid lama Ponpes Lirboyo. Hingga kini, Gus Maksum dikenal sebagai Kyai paling sakti di Tanah Jawa.

2. Kiai Abbas Buntet
Kyai paling sakti di Tanah Jawa berikutnya yaitu Kiyai Abbas Buntet dari Cirebon. Kiyai yang satu ini ikut mengobarkan semangat kepahlawanan dengan melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kiyai Abbas merupakan putra seorang Ulama NU sehingga bakat kiyai dan kesaktiannya itu tentu menurun dari ayahnya. Kiai Abbas adalah putra sulung Kiai Abdul Jamil yang dilahirkan pada hari Jumat 24 Zulhijah 1300 H atau 25 Oktober 1800 M di desa Pekalangan, Cirebon. Kakeknya pun seorang pendiri dari pesantren Buntet di Cirebon.

Semasa mudanya, Kiyai Abbas banyak mengasah keilmuwan Agamanya ke berbagai daerah di Tanah Jawa, yaitu di Jawa Tengah, Tegal, Jogja, dan berbagai daerah pesantran lainnya. Dia juga belajar ke Mekkah dan kembali bersama-sama dengan Kiai Bakir Yogyakarta, Kiai Abdillah Surabaya dan Kiai Wahab Chasbullah Jombang. Sebagai santri yang sudah matang, maka di waktu senggang Kiai Abbas ditugasi untuk mengajar pada para mukminin (orang-orang Indonesia yang tertinggal di Mekkah).

Ilmu Kanuragan dan Ilmu Bela Diri selalu menjadi ilmu pokok di kalangan pesantren Buntet ajaran Kyai paling sakti di Tanah Jawa, Kyai Abbas. Dengan mengajarkan ilmu kanuragan itu maka pesantren Buntet dijadikan sebagai markas pergerakan kaum Republik untuk melawan penjajahan. Mulai saat itu Pesantren Buntet menjadi basis perjuanagan umat Islam melawan penjajah yang tergabung dalam barisan Hizbullah.


3. Kiai Amin
Kyai paling sakti di Tanah Jawa berikutnya yaitu Kiyai Amin. Beliau adalah Kiyai NU yang memiliki karomah luar biasa langsung dari Allah SWT. Beliau tak hanya mahir dalam ilmu agama, namun juga sangat piawai dalam ilmu kanuragan dan silat. Beliau belajar dari ayahnya sendiri yaitu Kyai Irsyad yang wafat di Mekkah kala itu. Kiyai Amin Lahir pada hari Jumat, 24 Dzulhijjah 1300 H, bertepatan dengan tahun 1879 M, di Mijahan Plumbon, Cirebon, Jawa Barat. Konon Kiai Amin termasuk ahlul bait, dari silsilah Syech Syarif Hidayatullah.

Selain dikenal sebagai ulama, Kiai Amin juga dikenal sebagai Kyai paling sakti di Tanah Jawa, sang pendekar yang menguasai ilmu bela diri dan kanuragan. Ada kisah di kalagan warga Ciwaringin, dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Kiai Amin dan ulama lain di Cirebon ikut mengirim laskar ke Surabaya. Bahkan Kiai Amin sendiri ikut berangkat serta turut mengusahakan pendanaan untuk biaya keberangkatan.

Bagi warga Nahdliyin, Kiyai Amin dikenal sangat legendaris. Konon, dalam perang di Surabaya itu dia tidak mempan senjata maupun peluru saat bertempur. Bahkan, beliau juga dikabarkan tidak mati meskipun dilempari bom sebanyak 8 kali. Luar biasa, itulah karomah yang diberikan Allah pada Sang Kyai NU satu ini, Kyai paling sakti di Tanah Jawa.

4. Kiai Hamid
Kyai paling sakti di Tanah Jawa selanjutnya adalah Kyai Hamid yang berasal dari Pasuruan. Beliau juga memiliki karomah luar biasa yang diberikan oleh ALLAH secara langsung. Suatu ketika di masa Pemerintahan Orde Baru, Kiai Hamid diajak masuk ke partai pemerintah. Beliau pun menyambut ajakan itu dengan ramah dan menjamu tamunya dari kalangan birokrat itu.

Akan tetapi ketika surat persetujuan masuk partai pemerintah itu disodorkan bersama pulpennya, Kiai Hamid tetap menerima dan menandatanganinya. Anehnya pulpen yang disodorkan untuk tandatangan tersebut tidak bisa keluar tinta alias macet. Lalu digantilah dengan pulpen lain, tapi tetap tak mau keluar tinta dan seterusnya. Hal ini menandakan bahwa Kiyai Hamid sebenarnya tak setuju beliau masuk dalam partai Politik karena beliau adalah seorang Kyai Panutan, seorang kyai yang sangat disegani.

5. Gus Dur
Kyai paling sakti di Tanah Jawa yang terakhir juga masih termasuk Kyai NU, yaitu Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur. Gus Dur adalah presiden ke-4 Negara Indonesia. Luar biasa bukan? Padahal Gus Dur adalah seorang yang tunanetra. Beliau merupakan Kyai NU tersohor di Nusantara ini bahkan sampai ke Luar negeri.

Sebagai salah satu Kyai paling sakti di Tanah Jawa, Gus Dur disebut-sebut memiliki karomah. Salah satunya diceritakan Khoirul, sopir pribadi Gus Dur. Suatu ketika, ia sedang berada di Majenang Cilacap mengantar Gus Dur dan beberapa orang anggota rombongan dalam dua mobil. Saat itu sudah jam 12 siang dan Gus Dur mengajak pulang karena di rumah ada tamu yang harus ditemuinya pada jam 13.00.

Ia pun segera putar arah dan mobil rombongan di belakang mengikutinya di belakang. Karena sudah ada janji, ia ngebut, tetapi tak yakin bisa segera sampai di Ciganjur, tempat tinggal Gus Dur tepat waktu. Ia berpikiran, paling-paling bisa sampai di Jakarta pukul 3 atau 4 sore mengingat jaraknya sangat jauh. Rute yang harus dilalui masih sangat jauh karena harus melewati kawasan Puncak yang jalannya kecil, berliku-liku dan naik turun. Apalagi saat itu belum ada Tol Cipularang.

Ia pun tetap menggeber mobilnya secepat yang bisa ia lakukan. Mobil rombongan satunya di belakang tidak kelihatan, tampaknya sudah jauh ketinggalan. Singkat kata, sampailah mobil itu di rumah Gus Dur dan ia merasa lega selamat sampai di rumah. Ia menengok jam tangannya. Angka yang masih diingatnya sampai sekarang, “pukul 13.12 menit”. Jakarta Cilacap hanya ditempuh dalam waktu 1 jam lebih sedikit.

Dan Gus Dur tidak terlambat menerima tamunya yang juga baru saja sampai. Rombongan mobil di belakangnya baru sampai di Ciganjur pukul 16.30, beda empat jam lebih dari perjalanannya. Luar biasa, Gus Dur adalah seorang Wali bagi kalangan NU, dan beliau pun diakui sebagai Kyai paling sakti di Tanah Jawa.

Demikian, semoga bermanfaat, akhii. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB