Tanggapan Ahmad Sahal Atas 'Kitab Suci Fiksi' Rocky Gerung: RG Menggunakan Filsafat Untuk Hantam Jokowi
Cari Berita

Advertisement

Tanggapan Ahmad Sahal Atas 'Kitab Suci Fiksi' Rocky Gerung: RG Menggunakan Filsafat Untuk Hantam Jokowi

Duta Islam #02
Kamis, 12 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Rocky Gerung
DutaIslam.Com - Pernyataan Rocky Gerung yang mengatakan bahwa "kitab suci adalah fiksi", menuai kontroversi dari berbagai pihak. Perdebatan sebagai respon terhadap pernyataan tersebut juga ramai di media sosial. Salah satu respon yang cukup menarik, ditulis oleh Ahmad Sahal.

Melalui akun twitternya @sahaL_AS, ia menulis kultwit, Rabu (11/04/2018) sebagai berikut:

1. Bismillahirrahmanirrahim. Berikut adalh kultwitku menanggapi pernyataan @rockygerung di ILC soal "fiksi" dan "kitab suci adalah fiksi." Secara lebih luas, saya mau jg sekalian membahas soal "RG, filsafat, dan politik."

2. Pembasahan saya akan saya bagi menjadi tiga bagian. Pertama, soal makna fiksi yg ditawarkan RG. 2. Pernyataan Rocky "Kitab suci adalah fiksi." 3. Soal RG, Filsafat, dan antipatinya thdp Jokowi.

3. Di ILC, RG menyerukan pemulihan nama baik kata "fiksi." Fiksi, mnrt RG, bermakna mengaktifkan imajinasi. "Fiksi" lawan katanya realitas, bukan fakta. Fiksi itu baik, yg buruk itu fiktif. Fiktif di mata RG = kebohongan. Tp saat ini, kata RG, fiksi dibunuh oleh politisi.

4. Benarkah? Setahuku, tak satupun kamus2 Inggris yg membenarkan klaim RG tsb. Dlm kamus Inggris, fiksi itu karya karangan/rekaan, pernyataan yg tak benar/ menipu. Dan Fiktif adalh kata sifat fiksi. Dua2nya berkonotasi khayalan yg tak sesuai realitas. Kamus KBBI jg sama.

5. Tp kalo kita merujuk kata asli fiksi dlm bhs Latin, yakni "Fictio," pemaknaan RG ttg fiksi ada benarnya. Fictio  berasal dari kata fingere, yg artinya: to fashion, to form, to construct, to invent, to fabricate (Ignas Kleden, Jurnal Kalam, 1998).

6. Jadi dlm bhs aslinya, "fictio" adalah sesuatu yg dikonstruksikan, dibuat, dikreasi, tp jg bermakna dibuat-buat. Jadi RG ada benarnya ketika bilang fiksi = mengaktifkkan imajinasi. Tp itu bukan makna satu2nya fictio, krn fictio juga berarti fabrikasi, ga ada tp diada2in.

7. Kalo RG konsisten dgn arti fiksi sbg fictio, dikotominya bukan antara "Fiksi itu baik, dan fiktif itu kebohongan. Juga bukan antara fiksi versus realitas. Tp antara anggapan bahwa kenyataan itu hasil konstruksi vs sesuatu yg dianggap given, alami, terberi.

8. Dgn kerangka ini, saya bisa bilang RG ngawur dgn pernyataannya bahwa kata "fiksi" dibunuh baru2 ini aja oleh politisi. Ngawurnya di mana? Satu, pembunuhan makna fiksi yg tadinya luas menjadi identik dgn khayalan itu terjadi sejak akhir abad 19. Yg bunuh? Positivisme.

9. Dominasi Positivisme yg menganggap bahwa yg disebut fakta adalh sesuatu yg riil dan empiris pada akhirnya memosisikan "fiksi" sbg sesuatu yg melulu identik dgn khayalan, tak sesuai dgn realitas.

10. Dari situlah munculi dikotomi antara fiksi sbg khayalan vs realitas sbg sesuatu yg alami. Tp sejak pertengahan abad 20, dikotomi tsb mulai dipertanyakan. Makna Fiksi yg tadinya direduksi sbg "khayalan" diperkaya lagi maknanya, mencakup sesuatu yg dikonstrusidan dikreasi.

11. Dlm filsafat, tren perluasan makna fiksi tsb dimulai sejak fenomenologi awal abad 20, tp paling nampak muncul dlm ide sosiolog Peter Berger dlm The Social Construction of Reality. Di sini bahkan realitas pun bukan alami, tp hasil fictio, produk konstruksi sosial.

12. Dlm ilmu politik, khususnya kajian ttg nasionalisme, dikenal aliran konstruksivisme seperti Ben Anderson dan Ernest Gellner. Anderson bilang nasionalisme itu fiksi (dlm arti fictio): komunitas yg dibayangkan/ diimajinasikan.

13. Yg ingin saya katakan, seruan RG agar fiksi dimaknai sbg pengaktifan imajinasi menarik secara keilmuan, meski itu bukan hal baru. Masalahnya, RG menjadikannya sbg "senjata" utk menyerang politisi (Jkw/ Jokower) dan menuduhnya sbg pembunuh makna kreatif fiksi.

14. Reduksi makna fiksi yg diidentikkan dgn khayalan terjadi sejak positivisme dominan di akhir abad 19. Tp bagi RG, pembunuh fiksi itu bukan positvisme, tp politisi, Jokowi, Jokower.
Di sini RG terjatuh pada fiksi dlm arti fabrikasi: mengada2, ngarang.

15. Inilah mnrt saya problem utama pandangan RG ttg fiksi sbg pengaktifan imajinasi, bukan fiksi sbg khayalan. Hal yg mestinya mrpkn discourse ilmiah filosofis dipelintir  RG utk nyerang Jokowi.
Yg bermasalah bukan isi discourse-nya, tp penggunaannya utk tujuan politik.

16. Bagian kedua kultwit saya akan membahas klaim RG bahwa "kitab suci adalah fiksi." Sedang bagian ketiganya ttg bagaimana RG menggunakan filsafat utk menghantam Jokowi." [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB