Risalah Solo dibacakan oleh Rektor IAIN Surakarta Dr H. Mudofir di hadapan enam ratus lebih peserta yang terdiri dari perwakilan pondok pesantren se-Jawa Tengah-Yogyakarta dan Civitas Akademia IAIN Surakarta. Sebelum membacakan poin-poin Risalah Solo, H. Mudofir menyatakan, bahwa tindakan radikalisme itu merusak kemanusian.
“Pesantren dan Perguruan Tinggi Islam sepakat, bahwa radikalisme itu merusak kemanusian,” tegas Mudofir. Ia juga menambahkan, radikalisme dan terorisme disebabkan oleh tiga campuran maut. Di antaranya adalah adanya pihak yang mendanai dan adanya paham teologi yang membenarkan.
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh, diantaranya Direktur Jenderal Pendidikan Islam Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA, Ketua PP RMI NU KH. Abdul Ghafarrozin, Ketua Umum Gerakan Ayo Mondok Nasional KH Lukman Dimyati, Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Prof. H. Abdul Munir Mulkhan, Ketua PW RMI NU Jawa Tengah, KH Mandhur Labib. Sejarawan Universitas Sebelas Maret Prof. Hermanu Joebagyo.
Selain komitmen membumikan Islam moderat, dalam Risalah Solo, Pesantren dan Perguruan Tinggi Islam juga bersama-sama komitmen berperan aktif dalam upaya pembangunan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian alam dan lain sebagainya.
Berikut adalah sembilan poin Risalah Solo:
1. PTKI dan Pesantren sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi nilai luhur kemanusiaan dan kebangsaan.
2. PTKI dan Pesantren bersama-sama membumikan nilai-nilai Islam yang santun, moderat, toleran, dan berbasis kearifan lokal.
3. PTKI dan Pesantren bersama sama mengembangkan tradisi keilmuan yang berbasis khazanah klasik dan modern.
4. PTKI dan Pesantren bersama sama bersinergi dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. PTKI dan Pesantren bersama sama berperan dalam upaya pembangunan berkelanjutan dengan menjaga keseimbangan alam.
6. PTKI dan Pesantren bersama sama mewujudkan nilai-nilai keadilan dalam segala aspek kehidupan.
7. PTKI dan Pesantren bersama sama mengembangkan tradisi musyawarah mufakat untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
8. PTKI dan Pesantren bersama sama mengembangkan budaya dakwah hasanah berbasis kearifan lokal dengan memanfaatkan teknologi informasi.
9. PTKI dan Pesantren bersama-sama mengembangkan potensi diri dalam rangka mengapa eksistensi sekaligus memperkuat daya tawar dalam kompetisi global.
[dutaislam.com/zaim/gg]
