DutaIslam.Com - Kalau di Timur Tengah sana Jumatan bisa dijadikan podium menggelar perang bersama lawan, maka, di Jakarta, Indonesia, jumatan bisa dijadikan alat kampanye dengan cara memaki dan mara-marah.
Itu yang diungkapkan oleh Rumadi, salah satu dosen asal Jepara yang belakangan mengkritik cara berkhutbah para khatib di Jakarta. Ini keluhan serta kritik Rumadi terhadap khatib yang menggunakan mimbar khutbah untuk mengafir-ngafirkan orang lain.
---------------------------------
Setelah shalat Jumat hari ini banyak pesan berseliweran melaporkan apa yang dikhotbahkan sang khatib. Banyak khatib di Jakarta yang berkhotbah sambil marah-marah. Mengkafirkan orang-orang yang memlilih cagub kafir. Bahkan, beberapa jamaah ada yang sampai walk out.
Gimana tidak walk out. Di kantor dimarahin atasan, di rumah dimarahin isteri, mau cari ketenangan di masjid, eh malah dimarah-marahin dan dikafir-kafirkan khatib.
Menjadi jamaah di masjid-masjid Jakarta dalam suhu seperti ini kayaknya perlu menyiapkan poster bertuliskan: "Cool man".
Kalau masih juga tidak mempan, walk out bisa jadi pilihan.
Jakarta, 17 Peb 2017
Rumadi Ahmad
Source: Rumadi
---------------------------------
Baca juga: Sesat-Sesatkan NU, Tukang Parkir yang Nyamar Jadi Khatib Jumat Ini "Menyerahkan Diri"
Beginilah hasil daripada aksi bela-belaan yang menggunakan isu SARA sebagai pelengkap utama penggiringan isu politik Pilkada DKI Jakarta. Khutbah jumat yang harusnya membuat nyaman jadi runyam diwarnai walk out karena ada yang stres. Naudzubillah. [dutaislam.com/ ab]
Baca juga: Sesat-Sesatkan NU, Tukang Parkir yang Nyamar Jadi Khatib Jumat Ini "Menyerahkan Diri"
Beginilah hasil daripada aksi bela-belaan yang menggunakan isu SARA sebagai pelengkap utama penggiringan isu politik Pilkada DKI Jakarta. Khutbah jumat yang harusnya membuat nyaman jadi runyam diwarnai walk out karena ada yang stres. Naudzubillah. [dutaislam.com/ ab]
