Meninggal Puluhan Tahun, Orang Ini Pulang Setelah Ditahlilkan
Cari Berita

Advertisement

Meninggal Puluhan Tahun, Orang Ini Pulang Setelah Ditahlilkan

Kamis, 24 November 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Sudah 20 tahun tidak pulang, dianggap meninggal karena tidak berkabar kepada keluarga, Sumani, laki-laki tua warga Desa Robayan Rt. 05 Rw. 01, Kec. Kalinyamatan, Jepara, sengaja dikirim sedekah dalam bentuk tahlilan oleh keluarga.

Baca juga:  Sedekah Atas Nama Orang Meninggal

Namun, setelah beberapa hari sejak ditahlilkan, saudara kandung Sarmi dan Sarti tersebut justru pulang ke rumah orang tua, Suminah, yang dalam hati sebetulnya sudah ikhlash atas kepergian Sumani. Suminah dan keluarga awalnya hanya mengadakan tahlilan untuk kirim doa sebagaimana umumnya kirim doa kepada orang yang sudah meninggal. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1969.

Cerita yang sama dengan Sumani juga dialami oleh Lekan. Pada tahun 1957, ia pergi meninggalkan desa kelahirannya, Teluk Wetan, Welahan, Jepara, atas alasan tidak nyaman hidup bersama orang tua tirinya. Ceritanya begini: waktu itu, Lekan yang sedang bertani padi sedang istirahat di pinggir sawah sembari membeli jamu pegal linu langganan para petani desa setempat.

Entah bagaimana ceritanya, di tempat penjual jamu tradisional itu, Lekan didatangi ibu tirinya bernama Sinah (allah yarhamha). Sinah memarahinya sambil terus menekan Lekan, memukulnya dengan untaian padi sebesar genggaman sapu lidi. Orang Jawa menyebutnya "untingan pari". Merasa kecewa, Lekan pergi tanpa pemberitahuan. Bahkan kepada ayahnya bernama Kasto, ia tidak pamitan.

Saking lamanya tidak ada kabar, keluarga di Teluk Wetan mendoakan Lekan. Tahlilan diadakan secara bersahaja tanpa meninggalkan pesan leluhur dalam memasak sedekah tahlilan. Di daerah tersebut, ketika mengadakan tahlilan, ada saran turun-temurun agar sedekah yang diberikan kepada hadirin tidak meninggalkan grasak (ikan asin) dan serundeng (gorengan kelapa parut).

Lekan ditahlilkan pada tahun 1988, terhitung sudah 31 tahun sejak kepergiannya ke luar daerah. Uniknya, hanya berjarak sekitar seminggu, Lekan sekeluarga ternyata pulang bersama istri dan 5 anaknya ke rumah orang tuanya itu, Teluk Wetan.

Tentu hal itu membuat tetangga yang ikut tahlil merasa ganjil, mengingat tradisi tahlilan hanya digelar untuk kirim doa orang yang sudah meninggal. Dikiranya Lekan sudah tiada, alias meninggal. Sumber informasi www.dutaislam.com mengisahkan kalau pasca tahlilan, Lekan selalu diselimuti rasa kangen kepada keluarga.

Bukan hanya itu, di rantauan sana, Lekan juga mengaku kalau ia selalu merasakan bau ikan grasak dan serundeng setiap hari pasca acara tahlilan. Ketika menelusuri sumber bau masakan khas Jawa itu, selalu ia tidak bisa menemukan, hingga pada akhirnya Lekan nekad pulang ke Jawa bersama seluruh keluarganya dengan ongkos 4 juta dari hasil meminjam uang tetangga dan teman.

Baca juga: Sedekah Kepada Orang Meninggal Itu Dianjurkan

Kisah Lekan di atas juga dialami oleh Sumani, warga Robayan tahun 1969. Jika Sumani kini sudah meninggal pada tahun 1970 (setahun setelah ditahlilkan), Lekan hingga kini masih hidup dan bisa dihubungi oleh siapa pun. Kini ia kembali di perantauan di Provinsi Jambi.

Dulu, Lekan tinggal di Desa Rantau Badak, Kec. Muara Papalik, Kab. Tanjung Jabung Barat, Prov. Jambi. Sekarang, kabar yang diterima dutaislam.com, ia sudah pindah ke sebuah desa di Kec. Merlung, Kab. Kab. Tanjung Jabung Barat, Prov. Jambi.

Kisah ini hanya bukti reel bahwa kirim doa dalam Tahlilan itu pasti sampai kepada penerima. Bukan hanya orang meninggal saja, kepada yang masih hidup pun, tahlilan bisa dirasakan, dan terbukti bisa menyambungkan tali silaturrahim kepada keluarga yang sudah puluhan tahun terputus.

Keluarga hanya berdoa, "nek mati ben dingapuro, nek urip ndang muliho/ jika mati semoga diampuni, jika masih hidup cepatlah kembali pulang ke keluarga". Itu harapan keluarga Sumani dan Lekan mengadakan tahlilan. Sayangnya, tradisi Arif ini ada sebagian yang membid'ahkan. [dutaislam.com/ ab]

-------------------------------

Source:
Keterangan Bpk. Abdul Jamal (65 tahun), warga Desa Robayan Rt. 05 Rw. 01, Kalinyamatan, Jepara  pada Kamis (23/11/2016) malam, di markas redaksi dutaislam.com. Abdul Jamal adalah saksi yang mendengarkan langsung cerita dari Lekan dan saksi kedatangan Sumani dari tanah rantau. Foto Lekan akan kami sertakan dalam postingan ini jika redaksi sudah mendapatkan izin langsung.
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB