Oleh Moh. Yusuf
DutaIslam.Com - Mbah Wahab Hasbullah adalah inspirator
sekaligus pendiri dan penggerak utama Nahdlatul Ulama (NU). Sebuah organisasi keagamaan
terbesar di Indonesia. Sejak pertama kali NU di lahirkan, tujuannya adalah
untuk berkhidmah demi agama Islam ala Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Dengan demikian,
NU memandang bahwa seluruh lapisan masyarakat adalah lapangan dedikasinya.
Lapangan itu meliputi berbagai hal yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat banyak, baik dalam lapangan politik, ekonomi, kesejahteraan
umum, kesehatan, pendidikan, dakwah, serta bidang-bidang yang lainnya.
Mbah Wahab Hasbullah selalu memberikan pesan serta arahan
kepada warga NU dalam beramal dan berdedikasi. Warga NU harus tetap kuat
memegang teguh prinsip-prinsip yang sudah digariskan oleh para kiai dan ulama
dalam perjuangan NU. Toleransi kepada siapapun dari berbagai golongan dalam
hidup yang majemuk di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangatlah di
butuhkan.
Namun, toleransi terhadap berbagai golongan tersebut
janganlah sampai mengorbankan prinsip-prinsip sendiri, lebih-lebih jika itu
bersentuhan dengan keyakinan beragama. Menurut Mbah Wahab Hasbullah, seseorang
yang tidak teguh memegang prinsip maka ia akan mudah dihantam dan di jungkir
balikkan oleh keadaan.
“Jadilah ikan yang hidup!” demikian patuah beliau dalam
berbagai kesempatan yang sering beliau ucapkan di tengah-tengah warga NU.
“Ikan, selagi ia hidup, masih mempunyai ruh atau nyawa, walaupun hidup seratus
tahun di lautan yang mengandung garam, ikan itu akan tetap terasa tawar
dagingnya, ia tidak akan pernah menjadi asin. Sebab, karena ia mempunyai ruh,
karena ia hidup dengan seluruh jiwanya. Sebaliknya, jika ikan itu sudah mati,
sudah tidak ada ruh di dalam dirinya, tiga menit saja ikan itu ditaruh di dalam
panci yang bergaram, ikan itu akan menjadi asin rasanya”. [dutaislam.com/ ab]
Disadur dari beberapa buku
antara lain “Mbah Wahab Hasbullah: Kiai Nasionalis Pendiri NU” yang ditulis oleh
KH. Saifuddin Zuhri dan “KH. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888-197” yang
di tulis oleh Muhammad Rifa’I. Juga diambil dari Majalah Aula NU No 11 tahun
XXXIII “Mbah Wahab Hasbullah Inspirator, Pendiri, dan Penggerak NU”
Moh. Yusuf, staf pengajar STAI Ma’arif Kendal Ngawi
