DutaIslam.Com – Ribuan kendaraan di Indonesia jika saling mematuhi
aturan dan rambu lalu lintas, maka tidak akan tabrakan walau mereka bercampur
di jalanan. Agar tetap berbaur dan tidak tabrakan, antar umat beragama itu
harus saling tahu rambu-rambu sebagaimana ibarat tersebut.
Demikian disampaikan KH Ubaidillah Umar, Rais Syuriah NU
Jepara dalam kesempatan silturrahim bersama puluhan pendeta wilayah klasis III,
di Gereja Injili Tanah Jawi (GITJ) Jl. Pemuda, Jepara, Jumat (22/04) petang.
Mbah Ubaid menjelaskan bahwa antara pemuka agama haruslah
saling memahami praktik atas keyakinan masing-masing agar tidak terjadi
miskomunikasi. Itu sangat berguna untuk menjaga kerukunan warga dan kenyamanan
menjalankan keyakinan agama.
Mbah Ubaid menceritakan, di ajaran Budha, para biksu punya
praktik puasa setelah jam 12 siang. Dalam pertemuan antar warga beda agama yang
acaranya berjalan dari pagi sampai sore, mereka harus diberikan kesempatan
makan duluan sebelum jam 12 agar mereka tetap bisa menjalankan puasanya sesuai
keyakinan masing-masing.
Begitu juga soal komunikasi antar tokoh agama. Agar tertib
sosial bisa diciptakan, baik pendeta, biksu atau kyai, harus silaturrahim. Mbah
Ubaid mencontohkan, jika ada anggota gereja atau jamaah kiai di desanya yang
dianggap mengganggu ketertiban umum, pertama yang dilapori adalah pemuka agama
setempat. “Ada 25 nomor telpon pendeta di hape saya,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Pendeta Edi Cahyono, mengaku senang
atas apa yang disampaikan oleh Rais Syuriah PCNU Jepara itu. “Perbedaan itu
pasti ada, yang penting saling menghormati. Yesus juga memerintahkan kami untuk
saling mengasihi hingga kepada musuh sekalipun,” terangnya.
Soal pemahaman praktik agama, Edi Cahyono juga menjelaskan
jika para pendeta paham adanya sandal yang haram masuk masjid, tidak
sebagaimana sandal bebas dipakai ke gereja. “Ini kami paham,” tandas Edi.
Terjadinya kisruh antar warga, menurut Mbah Ubaid, karena
tidak memahami rambu-rambu. Silakan islamisasi dan kristenisasi berjalan, asal
patuh pada rambu-rambu. “Saya islamisasi Anda kristenisasi. Mau tidak mau, itu
harus diakui. Namun, kalau dalam prosesnya masing-masing paham rambu-rambu,
tidak akan terjadi tabrakan,” ujarnya.
Mbah Ubaid menjelaskan praktiknya. Jika ada muslim masuk
Kristen atas kesadaran sendiri, berikan info ke kiai. Begitu juga sebaliknya.
Itu semata-mata untuk menghindari pecahnya permusuhan berlebihan. “Jangan
kuatir, gereja tidak akan dibakar NU. Kalau ada begitu, bukan Islam NU,”
katanya. [dutaislam.com/ab]
Foto Bersama: KH Ubaidillah Umar (paling kiri, berpeci) foto bersama para pendeta di GITJ Jepara setelah sesi dialog. |
