DutaIslam.Com - Lahir di Jambu, Mlonggo, Jepara (1934) dari pasangan
KH. Abdul Ghani dan Kiswati, Kyai Hudun muda mengembara hingga Makkah setelah
nyantri di Ngagel, Kajen (Pati), Sarang (Rembang), Mranggen (Demak) dan Buntet
(Cirebon). Tidak banyak santri yang baru menghentikan pengembaraan ilmu pada
usia 50 tahun (1983).
Ya, KH. Muhammad Hudun Abdul Ghani Umar AS baru
menikah dengan Nyai Mahbubah binti Kiai Hafidhon Sumber Pancur Kepung Kediri
setelah pulang dari Makkah, berguru kepada Syaikh Muhammad Alwy al-Maliki, dan
lainnya. Sejak itu, Kyai Hudun menetap di Mantingan.
Soal ilmu, tidak usah diragukan. Selain Hafidz
al-Qur’an –talaqqi kepada Syeikh
Abdul Wahab Al Misra (Makkah),- sanad keilmuan beliau meliputi pelbagai
disiplin ilmu. Bahkan kutubul hikmah pun bersambung dari Syeikh Sirajuddin Trenggalek
(Makkah) hingga muallif (pengarang). Jarang ada kyai yang memiliki sanad Jaljalut
Kubro, kitab yang menurut wahabi haram diajarkan.
![]() |
Foto Mbah Hudun Mantingan Jepara |
Walaupun sudah senja, Mbah Hudun punya tekad kuat
untuk mengembangan ilmu dengan mendirikan
lembaga pendidikan bernama Pondok Pesantren Modern Nurul Huda. Dulu, sebelum
punya lahan dan bangunan, Mbah Hudun meminjam gedung NU Mantingan sebagai kelas
mengajar. Waktu itu, gedung tersebut adalah bangunan Pondok Pesantren Darul
Ulum.
Setelah lima tahun mengajar di sana, sejak 1987, Mbah
Hudun mengelola pesantren Nurul Huda yang hingga kini beralamat di Jl. Jepara-Bugel Km. 03
Mantingan RT. 18 / RW. 06, Dukuh Pengladenan,
Tahunan, Jepara.
Semuanya dimulai dari nol. Tiada lain hanya karena ingin khidmah kepada
guru-guru beliau yang berwasiat agar tetap istiqomah di Mantingan, dekat makam
waliyullah Nyai Ratu Kalinyamat.
Dalam catatan sejarahnya, Kyai Hudun adalah tipe kyai
pengabdi kepada ilmu dan pendidikan. Pasalnya, selama nyantri di Ponpes MUS
Sarang Rembang, ia juga mengajar di Madrasah Ghazaliyah. Selain itu, Kyai Hudun
tercatat sebagai perintis Madrasah Ahlussunnah wal
Jamaah di Waru Paciran Lamongan dan Madrasah Darun
Najah di Ngemplak Margoyoso Pati.
Mbah Hudun wafat pada usia 81 tahun, Ahad
Pahing, (7 Jumadil Ula 1435 H / 9 Maret 2014 M), meninggalkan 5 orang anak, 4 putri dan satu putra; Gus Sholahuddin.
Putra kedua Mbah Hudun inilah yang kini mengasuh pesantren Nurul Huda,
Mantingan, Jepara. AyoMondok! [dutaislam.com/ab]
Ini video pemakaman Mbah Hudun Abdul Ghani, Mantingan, Jepara:
