Langka, Ketika Ucapan Terima Kasih Dituntut dan Dipatok "Harga" oleh PA 212
Cari Berita

Advertisement

Langka, Ketika Ucapan Terima Kasih Dituntut dan Dipatok "Harga" oleh PA 212

Duta Islam #03
Kamis, 26 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Presidium Alumni (PA) 212 Konfresi Pers setelah bocornya foto pertemuan dengan Jokowi. Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Budaya luhur bangsa Indonesia tidak mengenal permintaan ucapan terima kasih. Apalagi ucapan terimakasih itu diminta dengan imbalan tertentu.

Hanya selayaknya orang yang telah dibantu mengucapkan terimakasih kepada yang membantunya. Itupun tidak ada paksaan dan orang yang membantu tidak semestinya marah karena membantu berangkat dari ikhlas beramal.

Belakangan, masyarakat menyaksikan kejadian yang cukup langka dan sama sekali jauh dari budaya bangsa Indonesia. Ucapan terimakasih diminta. Bahkan dituntut berterimakasih. Bantuk ucapan terima kasih juga ditentukan. Dan anehnya, keharusan berterima kasih juga klaim dari pihak yang merasa membantu.

Dengan kata sederhana begini:

"Menurut saya kamu telah saya bantu. Karena itu kamu harus berterimakasih kepada saya. Karena kamu harus berterimakasih kepada saya, maka kamu harus memberi ini dan itu kepada saya sebagai ucapan terima kasihmu,"

Aneh kan?

Ya aneh, namun ini terjadi sekarang. Pelakunya adalah kelompok PA 212 yang selama ini selalu mengatasnamakan umat Islam dan ulama.

Sebagaimana dilansir dari Detik.com, Dewan Penasehat Presidium Alumni (212) Misbahul Anam menganggap bahwa Presiden Jokowi diklaim sebagai Alumni 212 hanya karena Jokowi hadir pada aksi Bela Islam III pada 2 Desember 2016 lalu.

Kelakuan Alumni PA 212 

Kesimpulannya, anggota alumni 212 berdasarkan kehadiran orang. Bukan berdasarkan kesamaan ide dan gagasan. Kalau begitu, polisi dan TNI yang ikut mengamankan aksi saat itu termasuk anggota alumni 212. Bahkan monas, tukang jual air mineral, tukang jual peci, tukang sapu, tukang jaga sound, termasuk alumni 212 karena mereka juga di lokasi.

Satu lagi, para wartawan, yang sebagian diejek-ejek dan medianya dianggap abal-abal, jangan sampai dilupakan. Mereka juga alumni 212, lho. 

PA 212 juga mengklaim bahwa berkat aksi 212, nama Jokowi terangkat. Alasannya karena aksi berjalan damai. Iya lah damai, karena presiden datang. Coba kalau presiden tidak datang, apa tidak ribut? Jadi aksi itu damai bukan karena anggota 212. Namun karena Jokowi datang. Mestinya kan mereka yang berterima kasih. Bukan sebaliknya.

"Sebetulnya Jokowi sebagai orang yang berposisi alumni 212, yang namanya diangkat oleh 212 karena damainya 212, di seluruh dunia kenal Indonesia," demikian pernyataan Misbahul dilansir detik.com, Kamis (26/04/2018).

Karena klaim sepihak itu, PA 212 lantas meminta Jokowi berterima kasih. Anehnya, bukan hanya ucapan terimakasih. Dalam bentuk apa ucapan terima kasih itu, Alumni 212 pun sudah menetukan.

"Misbahul mengaitkan terima kasih dengan isu kriminalisasi ulama. Permintaannya agar Jokowi menghentikan kriminalisasi ulama yang menurutnya belum terealisasi"

Pertanyaanya, ulama mana yang dikriminalisasi? Kalau yang dimaksud Habib Rizieq, nyatanya Habib Rizieq tidak mau pulang dan menghadapi hukum. Bagaimana perkara mau selesai jika yang bersangkutan kabur. Masih salah Jokowi?

"Mestinya sesama alumni, yang punya dedikasi saling membantu, saling tolong selama itu mashlahat. Kan loginya begitu," ucap Misbahul, dilansir dari media yang sama.

Logika yang mesti diluruskan adalah apakah Jokowi merasa sebagai Alumni 212? Kalau merasa, sesama alumni mestinya saling membantu. Namun, kalau tidak merasa, tidak usah dipaksa-paksa. Kenapa yang ikut nonton aksi di TV nggak sekalian diklaim sebagai Alumni 212?

Dan lagi, lancang bener, presiden mau dijadikan alumni kegiatan demo. Kalau presiden jadi anggota demo, lalu siapa yang didemo. Bukannya yang didemo saat itu adalah presiden? Kalau presiden jadi anggota demo, terus presiden mendemo siapa? Duh. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB