Foto: kasus murid pukul guru. (Sumber: Tribun Bogor) |
Hal itu diungkapkan oleh Solihin, salah satu pemerhati pendidikan an Nahdliyyah dari Magelang kepada Dutaislam.com, Rabu (16/08/2017) pagi di Grup Dutaislam.com #01. "Pemahaman agama akan dangkal dan cenderung hanya pemahaman teori dan krisis praktek pengamalannya," terang Solihin yang juga senior Ansor, Mungkid, Megelang tersebut.
Menurutnya, siswa yang terkan imbas kebijakan FDS akan tidak mampu berbaur dengan masyarakat secara seimbang karena waktu sudah habis dan lelah aktifitas di sekolah. Katanya, mereka jadi mudah terdoktrin dari paham-paham lain yang tak sejalan dengan ahlussunah waljama'ah dan karakter negara kita (mudah disusupi paham radikal), "karena ketika disekolah tentu murid harus patuh dg materi di sekolah," bebernya.
Lebih lanjut, Solihin juga menyebut FDS mengancam kelestarian jangka panjang keberadaan Madin dan Pesantren. Hilangnya adab dan akhlak anak terhadap guru maupun orang tua juga dikarenakan pendidikan sekolah kebanyakan hanya ketat peraturan tapi tidak mendapat contoh dari guru di dalam kesehariannya.
"Madin dan Pesantren akan kesulitan mendidik santri yang sudah terdoktrin di sekolah dg pola dan faham yang berbeda sehingga mungkin bukan hanya susah dididik tapi bisa jadi akan mengobrak abrik khas pesantren yang telah ada sejak dulu," jelas Solihin. [dutaislam.com/ab]