Ini Dua Tugas Utama Pesantren Menurut Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin
Cari Berita

Advertisement

Ini Dua Tugas Utama Pesantren Menurut Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin

Sabtu, 29 April 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Sudah saatnya arus ekonomi Indonesia beralih dari pendekatan atas ke bawah (top-down) menjadi sebaliknya (buttom-up). Pesantren yang memiliki akar kuat di masyarakat mesti mengambil peran aktif dalam bangkitnya arus baru ekonomi di Tanah Air.

Demikian seruan Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin saat menyampaikan tausiyah dalam rangkaian Seminar dan Rapat Kerja Rabithah Ma'ahid Islamiyah NU (RMINU) di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (27/04/2017).

Menurut Kiai Ma'ruf, pembangunan ekonomi dari atas, yang diharapkan bakal "menetes" ke bawah, ternyata tak sesuai dengan dambaan. Kekayaan ekonomi berputar-putar pada kalangan elite saja dan kian menciptakan kesenjangan ekonomi yang kian menganga di antara masyarakat.

Kiai Ma'ruf yang juga ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendorong RMINU sebagai wadah asososiasi pesantren untuk proaktif memfasilitasi pesantren agar turut memberdayakan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Ia mengaku sudah bergerak di level petinggi negara dan pengusaha, dan RMINU diharapkan menyambutnya dengan gerakan nyata.

"Pesantren memiliki tugas banyak sekali, tetapi yang utama ada dua, yakni menyiapkan mufaqqih fiddin atau orang-orang yang ahli agama, dan rijalul ishlah atau tokoh-tokoh perubahan, tokoh-tokoh perbaikan," ujarnya.

Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementerian Desa, Erani Ahmad Yustika yang menjadi salah satu narasumber dalam seminar itu berpendapat, pesantren telah memiliki beberapa modal dasar untuk melakukan kerja-kerja pemberdayaan.

Menurutnya, pesantren mempunyai nilai-nilai yang selaras dengan etos pertumbuhan ekonomi. Semangat kemandirian, misalnya, sangat kuat di pesantren sehingga mempermudah pembangunan ekonomi khususnya di tingkat perdesaan.

Erani juga menilai, jumlah santri yang mencapai nyaris empat juta adalah modal yang terelakkan. Dalam dimensi ekonomi, potensi ini tak hanya menunjukkan bahwa pesantren bisa menjadi produsen tapi juga memiliki pasar atau konsumen yang jelas.

Modal lain yang juga Erani sebut adalah jaringan. Pesantren dianggap sebagai institusi yang memili rantai sosial, budaya, dan politik yang luas. Relasi tersebut sangat bermanfaat bagi kelangsungan aktivitas ekonomi yang dibangun. "Dalam teori-teori ekonomi, sekarang bukan modal ekonomi saja tapi yang terpenting sekarang justru adalah modal sosial," katanya.

Narasumber lain yang hadir dalam seminar tersebut adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN) M. Noor Marzuki, Direktur Pendidikan Agama Islam Kemenag RI Imam Safe’i, dan Staf Khusus Menteri BUMN Asmawi Syam. [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB