Mbah Agung Alim, Wali Tubanan yang Dibunuh Suruhan Belanda
Cari Berita

Advertisement

Mbah Agung Alim, Wali Tubanan yang Dibunuh Suruhan Belanda

Duta Islam #01
Sabtu, 15 Oktober 2022
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
makam mbah agung alim tubanan jepara
Makam Mbah Kiai Agung Alim Tubanan, Kembang, Jepara. Foto: dutaislam.com.


Oleh M. Abdullah Badri


Dutaislam.com - Nama asli beliau disebut-sebut sebagai Agung. Karena beliau ditugaskan oleh Kerajaan Mataram Islam untuk berdakwah ke Tubanan, Kembang, Jepara, dan ilmu agamanya sangat mumpuni, ia dijuluki para murid sebagai Kiai (yang) Agung (yang) Alim. Artinya orang mulia yang ahli ilmu agama. Beliau hidup sezaman dengan Mbah Joyokusumo Raharjo, Dongos, Kedung, Jepara dan Kiai Srigi, Margoyoso


Di zaman kolonialisme dulu, selain Bondo, Tubanan adalah desa yang ditargetkan oleh para penjajah Belanda sebagai wilayah penyebaran agama Nasrani (misionarisme). Banyak sekali warga Tubanan yang berpindah agama. Namun, sejak kedatangan Mbah Agung Alim di sana, misionarisme Belanda menemui hambatan. Mbah Agung Alim lumayan berhasil menghalangi usaha Belanda itu, meski hanya sendirian. 


Selain faktor kealiman beliau, hal lain yang membuat warga Tubanan tertarik menjadi murid Mbah Agung Alim adalah kemampuannya menyembuhkan banyak penyakit. Baca: Mbah Mbirah: Waliyullah Pendakwah di Sumanding yang Ahli Pengobatan.


Mbah Agung Alim Tubanan disebut-sebut memiliki karomah bisa menyembuhkan orang buta, lumpuh atau berpenyakit menahun. Hal itulah yang membuat nama Mbah Agung Alim kian masyhur, sehingga pihak Belanda harus melakukan tipudaya berbagai cara guna menghalangi perkembangan dakwah Islam beliau. 


Salah satu cara yang ditempuh adalah mengancam para muridnya. Meski banyak yang menjadi murid dan ngaji ke beliau, hampir semua muridnya kala itu tidak berani menampakkan keimanan Tauhid Islam kepada siapapun. Konon, saat ngaji berlangsung, Belanda pernah mengacau peserta ngaji dengan cara mengirim bom ke lokasi. 


Tidak hanya sampai di situ. Serdadu Belanda juga pernah menembak langsung dada Mbah Agung Alim. Tapi tidak mempan. Mbah Agung pun makin populer dikenal sebagai kiai dan pendekar sakti. 


Pihak Belanda tak kalah akal. Strategi selanjutnya adalah menebar fitnah. Masyarakat diprovokasi Belanda. Mereka mempropagandakan Mbah Agung Alim bukan seorang pendakwah, melainkan tukang sihir, karena memiliki ilmu mengobati banyak penyakit berat seperti buta dan lumpuh menahun. Islam pun dituduh para misionaris sebagai agama sihir dan agama para pemberontak. 


Makin dimusuhi Belanda, Mbah Agung Alim justru makin berpengaruh setelah salah satu tokoh setempat bernama Mbah Anwar masuk Islam. Belanda tidak tenang. Warga kemudian diprovokasi lagi untuk membunuh Mbah Anwar yang muallaf ini. Keyakinannya tegar seperti sahabat Bilal bin Rabah dan Yasir. Ia tetap memeluk Islam meski nyawa menjadi taruhan. Mbah Anwar dikeroyok massa. Perut Mbah Anwar berhasil ditusuk serdadu Belanda hingga syahid. Innalillah wa inna ilaihi raji'un.


Agar tragedi Mbah Anwar tidak menginpirasi warga Tubanan lainnya, Belanda mengusulkan supaya jasad Mbah Anwar tidak dikubur, tapi dihanyutkan saja ke tengah laut. Baca: Makam Mbah Breo, Waliyullah di Rengging, Jepara.


Anehnya, tiap kali dihanyutkan ke laut, jasadnya selalu balik ke pantai. Itu terjadi berkali-kali. Jasad Mbah Anwar ternyata tidak mau dilenyapkan. Warga lain makin kagum dengan keanehan karomah Mbah Anwar. Baru masuk Islam saja terlihat aneh. Selain tidak mau dihanyutkan, jasad Mbah Anwar juga berbau harum wangi. Orang-orang yang melihatnya pasti berpikir tentang kebenaran hakiki ajaran Islam yang diyakini Mbah Anwar. 


Akhirnya, setelah Belanda pusing, diangkutlah jasad Mbah Anwar ke pusat pemerintahan dan pelabuhan baru Belanda di Semarang, untuk dikuburkan jauh dari warga Tubanan dan disamarkan. Hingga kini, makam Mbah Anwar pun belum diketahui. Barangkali, nama Tubanan diambil dari tragedi Mbah Anwar ini. Ia disebut sebagai tubanan (Indonesia: pengorbanan) karena berani mengorbankan nyawa demi ajaran haq Islam. 


Terbunuhnya Mbah Anwar justru jadi cahaya kebenaran. Bukannya menurun, warga Tubanan justru berbondong-bondong masuk Islam. Hidayah terbuka. Mbah Agung Alim makin dihormati dan disegani Belanda karena selain memiliki murid keramat, ia dikenal sebagai kiai sakti, sulit dibunuh, dan ahli ngaji serta pidato. 


Untuk mengakhiri hidup Mbah Agung Alim, Belanda membuat rencana licik. Ia menyelinapkan salah satu suruhannya menjadi murid dan abdi dalem beliau, santri khodim. Tak disangka, Mbah Alim meminum air yang sudah dicampur racun oleh murid penghianat suruhan Belanda tersebut. Perut Mbah Agung Alim mules hingga muntah-muntah.  


Beliau kembali ke rahmatullah pada tahun 1831 M, tanpa meninggalkan keturunan, dan dimakamkan di Tubanan. Begitu pula Mbah Anwar. Hampir semua keturunan Mbah Anwar dibunuh juga oleh pihak Belanda. Hanya satu yang disisakan hidup. Namanya Sumirah. Sayangnya, ia dibawa oleh salah satu serdadu Belanda ke negerinya sana. Tidak diketahui nasib dan keturunannya.  


Untuk mengenang jasa besar Mbah Agung Alim yang pernah membantu menyembuhkan warga lumpuh di Desa Sinanggul, bekas rumah singgah untuk menginap Mbah Agung Alim ada yang dibangun di desa tersebut, dan dikenal dengan sebutan Mbah Alim Agung atau Mbah Sentono. Penyebutan Sentono tidaklah keliru. Pasalnya, Sentono adalah julukan kehormatan utusan Mataram Islam, seperti Sentono lain di Pecangaan maupun Sukodono, Jepara. 


Andai pelabuhan besar zaman Nyai Ratu Kalinyamat tidak dipindah oleh Belanda ke Semarang, Tubanan kini sudah menjadi kota besar. Belanda memindahkan pelabuhan ke Semarang karena di Jepara, sosok Nyai Ratu Kalinyamat masih terlalu berpengaruh hingga sekarang. Namanya masih terlalu menginspirasi untuk menggerakkan perlawanan.  


Belanda memang memiliki tradisi menghilangkan jejak masa lalu demi memutus kesejarahan inspiratif generasi muda berikutnya, sebagaimana mereka melakukannya kepada jasad Mbah Anwar itu, yang dikubur nan jauh dari Tubanan, Kembang, Jepara.  


Demikian sekelumit kisah waliyullah Mbah Agung Alim dan Mbah Anwar di Tubanan, Jepara yang disarikan Duta Islam dari sumber-sumber yang diyakini akurasinya. [dutaislam.com/ab]


Terjemah Hikam Athaillah

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB