Tafsir Munir Surat Al-Baqarah Ayat 253 - (Persamaan dan Perbedaan Para Rasul)
Cari Berita

Advertisement

Tafsir Munir Surat Al-Baqarah Ayat 253 - (Persamaan dan Perbedaan Para Rasul)

Minggu, 13 Desember 2020
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

 

tafsir surat al-baqarah ayat 253 tentang keutamaan nabi dan rasul
Tafsir Dr. Wahbah Zuhaili Surat Al-Baqarah ayat 253. Foto: dutaislam.com


Dutaislam.com - Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa para rasul berbeda-beda derajat dan kedudukan mereka. Allah SWT melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dengan memberikan berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh yang lainnya. 


Secara umum, sikap manusia di dalam merespon dakwah para rasul ada dua, yaitu ada yang beriman dan ada yang kafir, ada yang tunduk dan patuh dan ada yang menentang dan memerangi. Di belakang semua ini terdapat hikmah Tuhan yang intinya semuanya kembali kepada qadla' dan qadar Allah SWT. 


 تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ ۚ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ


Artinya:

"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian dari mereka sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus. Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuhbunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya" (QS. Al-Baqarah: 253)


Tafsir dan Penjelasan

Kedudukan para rasul yang diisyaratkan di dalam ayat وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (QS. Al-Baqarah: 252) adalah sama dalam hal mereka sebagai orang-orang yang dipilih untuk menyampaikan risalah Tuhan dan memberi petunjuk umat manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, mereka berbeda-beda dalam hal tingkatan kesempurnaan.


Allah SWT melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dengan memberinya berbagai keistimewaan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh yang lain. Melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dijelaskan juga dalam ayat lain, yaitu, "Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud" (al-Israa': 55). 


Sedangkan di dalam ayat ini adalah, "Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia)." Di antara para rasul tersebut ada yang Allah SWT lebihkan dengan memberinya keistimewaan berupa Allah SWT berbicara secara langsung kepadanya tanpa melalui perantara. Ia adalah Nabi Musa a.s. Di dalam ayat lain, Allah SWT berfirman, "Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung" (QS. An-Nisa': 164). 


"Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya." (QS. Al-A'raf: 143)


Oleh karena itu, Nabi Musa a.s. diberi julukan "Kalimullah". Di antara mereka ada yang ditinggikan oleh Allah SWT atas yang lain dengan beberapa derajat dan tingkatan di dalam hal keutamaan dan kemuliaan. Rasul yang dimaksud di sini adalah Nabi Muhammad saw. seperti yang diriwayatkan oleh imam ath-Thabari dari Mujahid. Siyaqul kalam (hubungan persesuaian antara kata) ayat ini juga menguatkan akan hal ini (bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw.).


Allah SWT meninggikan dan melebihkan Nabi Muhammad dengan memberi beliau berbagai bentuk keistimewaan yang sebagiannya telah kami sebutkan di atas, dan masih ada beberapa sisi keistimewaan lagi, di antaranya adalah: 


Pada malam isra' mi'raj, beliau melihat dan bertemu dengan para nabi sebelum beliau di beberapa tingkat langit sesuai dengan kedudukan dan tingkatan mereka di sisi Allah SWT. Di antaranya lagi adalah tinggi dan luhurnya akhlak beliau, seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, "Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yangluhur." (QS. Al-Qalam: 4). 


Di antaranya lagi adalah dengan memberi beliau mukjizat berupa Al-Qur'an yang langgeng sampai hari kiamat. Allah SWT berfirman,


"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya". (QS. Al-Hijr: 9)


Tentang keutamaan Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus". (QS. Al-Isra': 9)


Di antaranya lagi adalah dengan memuliakan dan melebihkan umat beliau. Allah SWT berfirman, "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran: ll0). 


Allah SWT menjadikan umat Muhammad sebagai umat pilihan di antara para umat yang lain, sebagai umat yang adil dan menjadikan mereka sebagai para saksi atas manusia yang lain. Allah SWT berfirman, "Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia". (QS. Al-Baqarah: 143). 


Baca: Penjelasan dan Tafsir Surat An-Nas Ayat 1-6


Seandainya Nabi Muhammad saw. tidak dikaruniai berbagai mukjizat dan keistimewaan kecuali Al-Qur'an, maka hal itu sudah cukup menjadikan beliau adalah Nabi yang paling mulia dibanding para nabi yang lain. Karena Al-Qur'an adalah sebuah mukjizat yang akan tetap kekal sampai hari kiamat. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya:


"Tidak ada satu pun dari para nabi kecuali ia diberi ayat atau mukjizat yang membuat setiap orang yang melihatnya akan beriman. Adapun mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berbentuk wahyu yang diwahyukan kepadaku, maka aku berharap menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat." (HR. Bukhari). 


Imam Muslim dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya:


"Aku dilebihkon atas para nabi yang lain dengan enam perkara, aku dikaruniai jawaami'ul kalim (ucapan yang sedikit namun mengandung arti yang banyak), aku diberi kemenangan (dengan perasaan takut yang dimunculkan di hati musuh), dihalalkan bagiku harta rampasan perang, seluruh bumi dijadikan untukku bersuci dan masjid (tempat shalat), aku diutus kepada seluruh makhluk dan aku dijadikan sebagai penutup para nabi". (HR. Muslim dan Tirmidzi).


Allah SWT Memberi karunia kepada Nabi Isa a.s. berupa al-Bayyinaat, yaitu ayat-ayat atau mukjizat yang jelas yang bisa membedakan antara yang hak dan yang batil, seperti ia bisa bicara ketika masih berada di atas ayunan, bisa menghidupkan orang yang telah mati, bisa menyembuhkan penyakit kebutaan sejak lahir dan penyakit kusta, atas kuasa dan izin Allah SWT ia dikuatkan dengan Ruhul qudus, malaikat Jibril sebagai bantahan terhadap kaum Yahudi yang meragukan dan mengingkari kenabiannya, sebagai penjaga dirinya dari gangguan mereka dan sebagai penjelas akan hakikat dirinya, yaitu bahwa ia adalah seorang manusia yang diberi kekuatan oleh Allah SWT berupa mukjizat-mukjizat yang jelas bukan tuhan seperti yang disangkakan oleh kaum Nasrani. Orang-orang terbagi ke dalam dua kelompok yang sama-sama ekstrim di dalam memandang nabi Isa, antara berlebihan di dalam memusuhi dan menentangnya dan berlebihan hingga melampaui batas di dalam mengagungkannya.


Seandainya Allah SWT berkehendak, para umat manusia yang datang setelah para rasul tidak akan saling berperang setelah para rasul datang kepada mereka dengan membawa bukti dan mukjizat yang menunjukkan kepada yang hak yang harus mereka ikuti. Seandainya Allah SWT berkehendak untuk menakdirkan mereka tidak saling berperang maka niscaya mereka tidak akan saling memerangi antara satu dengan yang lainnya dengan cara menjadikan mereka semua bersepakat untuk mengikuti para rasul dan menerima kebenaran yang datang dari Tuhan mereka. 


Akan tetapi, Allah SWT memberi mereka kebebasan berpikir dan menganalisa dengan akal yang telah Allah SWT karuniakan kepada mereka, agar mereka bisa memilih sendiri jalan kebaikan dan kebahagiaan. Namun, sayangnya mereka tidak mau berpikir dengan baik dan benar, mereka saling berselisih di dalam menerima agama. Di antara mereka ada yang beriman kepada apa yang disampaikan oleh para rasul dan ada di antara mereka yang kufur dan mengingkari risalah yang dibawa oleh para rasul.


Kaum Yahudi saling berselisih di dalam masalah agama mereka hingga mereka saling memusuhi dan saling membunuh. Begitu juga halnya dengan kaum Nasrani, mereka saling berselisih dan terpecah menjadi berbagai kelompok atau sekte. Sehingga ditemukan banyak sekali sekte atau kelompok di dalam diri umat Yahudi dan Nasrani yang saling melemparkan tuduhan kepada kelompok yang lain bahwa mereka telah keluar dari agama.


Perbedaan dan perselisihan seperti ini juga ditemukan di dalam diri umat Islam yang dipicu oleh hawa nafsu dan berbagai kepentingan, sehingga di antara mereka muncul fitnah saling memusuhi dan membunuh di antara sesama. Seandainya Allah SWT berkehendak -meskipun terdapat perbedaan kecenderungan, keinginan dan kepentingan di antara mereka- maka, mereka tidak akan saling memusuhi dan saling membunuh atas apa yang mereka perselisihkan. 


Akan tetapi, Allah SWT herbuat apa yang dikehendaki-Nya dan menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. Semua itu sudah menjadi ketentuan dan takdir Allah SWT, maka terjadilah perbedaan reaksi dan penyikapan di antara mereka, ada yang cukup dengan bantahan, tuduhan, kritikan, cacian dan makian, serta ada yang sampai menggunakan tindak kekerasan dan penumpahan darah.


Allah SWT mengulang firman-Nya, "Walau syaa'allaahu maqtatalu" dengan tujuan lit-ta'kid (menguatkan). Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu, jika Dia berkehendak memberikan taufik dan petunjuk kepada sebagian hamba-Nya, maka mereka akan beriman dan taat kepada-Nya. Jika Allah SWT menghendaki kehinaan bagi sebagian hamba-Nya yang lain, maka mereka akan bersikap kufur dan membangkang kepada-Nya. Semua ini adalah kehendak dan ketentuan Allah SWT.


Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT melebihkan sebagian rasul atas sebagian yang lain dalam hal keistimewaan, kemuliaan, karunia dan mukjizat yang berbeda-beda antara rasul yang satu dengan yang lainnya. Adapun di dalam hal kenabian, maka tidak ada perbedaan sama sekali, mereka semua dalam hal kenabian, tugas menyampaikan risalah dan kesatuan tujuan adalah sama. 


Pengutamaan antara satu dengan yang lainnya hanya dalam masalah-masalah di luar ketiga hal ini. Oleh karena itu, di antara para rasul ada yang diberi julukan ulul'azmi, di antara mereka ada yang dijadikan sebagai Khalillullah, di antara mereka ada yang diajak berbicara secara langsung oleh Allah SWT dan ada di antara mereka yang ditinggikan beberapa derajat di atas yang lainnya.


Rasul lebih utama dari nabi, barangsiapa yang diutus dengan sebuah risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya, maka ia lebih utama dari orang yang tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Para rasul yang diberi gelar ulul 'azmi yaitu Nabi Nuh, nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad -semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada mereka- lebih mulia dari para rasul yang lain.


Nabi Muhammad saw. adalah Nabi dan Rasul yang paling mulia, karena risalah yang beliau bawa bersifat umum untuk seluruh umat manusia, bahkan untuk manusia dan jin. Allah SWT berfirman, "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba': 28)


Begitu juga karena risalah beliau dimahkotai dengan Al-Qur'an yang merupakan syari'at Allah SWT yang bersifat langgeng menjadi penutup bagi seluruh syari'at yang pernah ada dan Allah SWT Dzat Yang menjamin untuk menjaganya sampai hari Kiamat serta keutamaan-keutamaan lainnya yang telah kami sebutkan di atas. Oleh karena itu, Allah SWT. berfirman,


"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh." (QS. Al-Ahzab: 7)


Di dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan para nabi secara umum kemudian merincinya dan memulainya dengan Nabi Muhammad saw. Rasulullah saw. bersabda, "Aku adalah pimpinan anak cucu Adam pada hari kiamat." (HR. Muslim dan Abu Dawud)


Adapun sabda beliau yang artinya, "Janganlah kalian melebihkan diriku atas Nabi Musa," atau, "Janganlah seseorang mengatakan bahwa aku lebih baik dari Nabi Yunus bin Matta," maka beliau bersabda seperti ini karena didasari sikap tawadlu'. Penjelasan ini juga berlaku bagi para sahabat, mereka semua sama-sama sahabat, akan tetapi terdapat perbedaan keutamaan antara satu dengan lainnya karena kelebihan dan keistimewaan yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada sebagian dari mereka yang tidak diberikan kepada sebagian yang lainnya. 


Para sahabat berbeda-beda dalam hal kemuliaan meskipun mereka semua samasama sahabat yang adil dan terpuji. Hal ini seperti yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah bersikap keras terhadap orang-orang kafin tetapi berkasih sayang sesama mereka". (QS. Al-Fath: 29). 


"dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa dan mereka lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Fath:26)


"Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di j alan Allah) di antara kamu berperang sebelum penaklukan (Mekah)". (QS. Al-Hadid: 10)


"Sungguh, Allah telah ridlai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon". (QS. Al-Fath: 18)


Allah SWT menyebutkan para sahabat secara umum kemudian menyebutkan secara khusus, menafikan aib dan sifat kurang dari diri mereka dan menjanjikan kepada masing-masing dari mereka kebaikan. Adapun perselisihan dan pertikaian di antara umat manusia yang datang setelah para rasul, semua itu sudah menjadi qadha' qadar dan kehendak Allah SWT. Seandainya Allah SWT menghendaki sebaliknya, maka pasti terjadi, akan tetapi hanya Allah SWT Dzat Yang mengetahui rahasia hikmah yang tersembunyi di balik apa yang ditetapkan-Nya. [dutaislam.com/ab]


Keterangan:

Tafsir ini sepenuhnya diambil dari Terjemah Tafsir Munir Syaikh Dr. Wahbah Zuhaili Jilid 2, hlm: 32-37.


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB