 |
| Contoh isi kitab Ahlal Musamaroh Mbah Fadhol Senori Tuban. Foto: dutaislam.com. |
Oleh M Abdullah Badri
Dutaislam.com - Membaca kitab berjudul Ahlal Musamaroh (Cerita Manis di Tengah Malam) karangan Syaikh Abi Fadhol Senori Tuban seakan kita dibawa ke masa lalu, dimana para wali di Jawa bergerak menjalankan dakwah dari asal tanah lahirnya.
Meski tipis, 87 halaman, dan berbahasa Arab, isinya penuh dengan jejak-jejak sejarah para Walisongo menurut versi Mbah Fadhol (versi sekarang banyak yang berseberangan dengan yang tertulis).
Bagi yang mendalami sejarah Nusantara dan paham Bahasa Arab, mereka insyaAllah tidak kesulitan membaca nama-nama Jawa yang ditulis Mbah Fadhol dengan teks Arabic. Misalnya nama Raja Majapahit di zaman Raden Fattah, Brawijaya ditulis dengan aksara Arab براويجايا, dan Ronggwowijaya ditulis dengan راعكا ويجايا. Lisan Arab mungkin akan membaca Barowaijayan dan lainnya.
Kisah dimulai dari perbedaan versi nasab Sayyid Zainal Abidin, yang oleh Mbah Fadhol, disebut "wallahu a'lam bisihhatihi" (Allah Maha Mengetahui kesahihannya). Artinya, sejak awal, kisah para wali tanah Jawa dari Cempa yang ditulis Mbah Fadhol dalam Ahlal Musamaroh sudah dibatasi beliau dengan kebenaran mutlak yang hanya milik Allah.
------
Judul Kitab: Ahlal Musamaroh (Download PDF)
Penulis: Syaikh Al-Alim Al-Fadhil Abi Fadhol (Senori, Tuban)
Tebal: 87 halaman
Penerbit: Majelis Ta'lif wal Khattath, Bangilan
Bahasa: Arab
------
Oleh karena itulah, kisah-kisah yang tertulis di kitab tersebut kini banyak yang berbeda dari, misalnya Buku Atlas Nusantara Agus Sunyoto, bahkan ada yang berseberangan. Misalnya, Mbah Fadhol menyebut thariqah yang dianut Sunan Giri adalah Naqsabandi. Padahal, kala itu, sejarah banyak beredar kalau para wali di Jawa tidak menganut thariqah kecuali Malmatiyah dan sejenisnya.
Baca: Download PDF Wa Allama Adamal Asma'a - Kitab Pethuk Hidayatuth Thullab
Penyerangan Raden Fatah ke Majapahit yang saat itu rajanya adalah ayahadanya sendiri juga lepas dari analisa tentang sabab terjadinya peperangan itu kecuali hanya karena ingin mengislamkan Raja Majapahit, Brawijaya. Gara-gara peperangan itu, Majapahit hancur.
Versi terbaru, Kesultanan Demak tidak pernah menyerang Majapahit. Cara para wali di Jawa pun tercatat tidak pernah seterang itu dalam mendakwahkan Islam. Bagaimana mungkin Raden Fatah menyerang menyerang Majapahit di saat ayahnya sendiri adalah seorang raja. Secara syari'at pun, banyak orang menyebut hal itu sebagai uququl walidain.
Buku Atlas Walisongo secara tidak langsung menjelaskan versi yang jelas-jelas bertentangan dengan yang ada dalam Ahlal Musamaroh. Silakan dirujuk secara mandiri.
Di Kitab Ahlal Musamaroh, perang antara Demak dan Majapahit digambarkan oleh Mbah Fadhol seperti perang kolosal yang sangat dramatis. Seperti perang Badar, jumlah tentara antar masing-masing pihak bertikai disebut jelas, sebagaimana pula Mbah Fadhol mampu menyebut wali siapa saja yang hadir melayat saat Sunan Ampel wafat ila rahmatillah.
Walhasil, Ahlal Musamaroh, seperti Kitab Tarikh Auliya' KH. Bisri Musthofa, adalah cerita para wali Tanah Jawa versi lama. Antiknya, tiap akhir eipsode Mbah Fadhol melengkapi ceritanya dengan nadham-nadham hikmah dan nasihat. Ini yang membedakan dengan kitab-kitab lain. [dutaislam.com/ab]
