Perbedaan Istilah Habib dan Sayyid
Cari Berita

Advertisement

Perbedaan Istilah Habib dan Sayyid

Senin, 13 Januari 2020
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
inilah perbedaan antara sayyid dan habib menurut islam
Ilustrasi perbedaan antara istilah Sayyid dan Habib.

Dutaislam.com - Keturunan Rasulullah Saw. dari Sayyidina Husein disebut sayyid, dan dari Sayyidina Hasan disebut syarif. Hasan dan Husein merupakan putra Sayyida Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Di Indonesia, para keturunan Rasullullah umumnya banyak yang berasal dari Husein, disebut sayyid.

Sementara keturunan Hasan kebanyakan menjadi raja atau pemimpin seperti di kawasan Timur Tengah dan Sebagian Afrika utara.


لأهل بيت رسول الله صلى الله عليه وسلم شرف، ولرسول الله صلى اللهعليه وسلم بهم مزيد عناية وقد أكثر على أمته من الوصيّة بهم والحث على حبّهم ومودتهم 

Artinya:
"Ahlul Bait memiliki kemuliaan tersendiri, dan Rasulullah telah menunjukkan perhatiannya yang besar kepada mereka. Beliau berulang-ulang berwasiat dan mengimbau agar umatnya mencintai dan menyayangi mereka".

Gelar habib tidak bisa disematkan kepada setiap Sayyid. Setiap habib harus sayyid, tetapi sayyid belum tentu habib. Seorang sayyid, tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sendiri adalah habib. Pengakuan habib harus melalui persyaratan yang sudah disepakati (Rhabittah Awaliyah).

Diantaranya cukup matang dalam hal umur, memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara, zuhud berhati-hati serta bertakwa kepada Allah. Dan yang paling penting, adalah akhlak yang baik.

Bagaimanapun keteladanan akan dilihat orang lain. Seseorang akan menjadi habib atau dicintai orang kalau mempunyai keteladanan yang baik dalam tingkah lakunya.

Dari proses waktu ke waktu orang akhirnya menamakan semua keturunan Husein (sayyid), menjadi habib. Padahal seharusnya tidak, - untuk membedakan bahwa habib adalah ulama.

Rabithah Alawiyah (sebuah lembaga yang mencatat silsilah keturunan sayyid di Indonesia), menanggapi terkait penyebutan istilah habib yang dinilai salah kaprah.

Makna kata habib adalah seseorang yang dicintai dalam masyarakat. Cirinya adalah memiliki adab dan sopan santun, serta memiliki dasar keilmuan, serta selalu mengajak ke kebaikan di setiap tempat di mana beliau berada.

Karena itu tidak semua yang memiliki ketersambungan silsilah yang dimaksud bisa diberikan sematan habib.

قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى

Artinya:
"Katakanlah wahai Muhammad, tiada aku minta suatu balasan melainkan kecintan kalian pada kerabatku.”. (QS. As-Syura: 23).

Dari kutipan di atas dapat ditegaskan bahwa kaum muslimin memang harus menghormati dan mencintai ahlul bait bukan saja karena kekerabatan mereka dengan Rasulullah Saw., tetapi juga karena Allah telah memerintahkan kepada beliau untuk berseru kepada umatnya agar mencintai kerabat beliau.

Dengan kata lain, perintah untuk mencintai ahlul bait merupakan perintah dari Allah. Rasulullah sebagai pemimpin kaum muslimin tidak meminta balasan apapun dari umatnya kecuali kecintaan mereka kepada keluarga dan keturunan beliau.

Sayyid Abdullah al Haddad mengingatkan agar dalam memberikan penghormatan dan kecintaan kepada ahlul bait, kaum muslimin bersikap wajar dan tidak berlebih-lebihan.

فعلى كافة المسلمين أن يعتقدوا حبّهم ومودتهم، وان يوقّروهم ويعظّموهم من غير غلوّ ولا إسراف

Artinya:
"Seluruh kaum muslimin hendaknya memastikan kecintaan dan kasih sayang mereka kepada ahlul bait, serta menghormati dan memuliakan mereka secara wajar dan tidak berlebih-lebihan".

Terhadap ahlul bait yang menyimpang dari apa yang dicontohkan Rasulullah Saw., Sayyid Abdullah Al-Haddad mengimbau agar mereka tetap dihormati semata-mata karena mereka adalah kerabat Nabi Muhammmad Saw. dengan tidak meninggalkan perlunya memberikan nasihat kepada mereka sebagaimana kutipan berikut:

Adapun mereka yang berasal dari keluarga dan keturunan Rasulullah ini yang tidak menempuh jalan leluhur mereka yang disucikan, lalu mencampur adukkan antara yang baik dan yang buruk disebabkan kejahilannya, seyogyanyalah mereka tetap dihormati semata-mata karena kekerabatan mereka dengan Nabi Saw.

Namun siapa saja yang memiliki keahlian atau kedudukan untuk memberi nasihat, hendaknya tidak segan-segan menasihati dan mendorong mereka kembali menempuh jalan hidup para pendahulu mereka yang shaleh-shaleh yang berilmu dan beramal kebajikan, berakhlak terpuji dan berperilaku luhur.

Imbauan seperti itu sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang ulama sekaligus habib yang merupakan dzurriyah Rasulullah Saw. asal Tarim Hadramaut Yaman, yakni Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad (1634-1720 M) dalam Al-Fushul al 'Ilmiyyah wal Ushul al Hikamiyyah. [dutaislam.com/ab/ed]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB