Yang Terjadi pada ISIS Setelah Tewasnya Big Bos Abu Bakar Al-Baghdadi
Cari Berita

Advertisement

Yang Terjadi pada ISIS Setelah Tewasnya Big Bos Abu Bakar Al-Baghdadi

Duta Islam #03
Minggu, 03 November 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Abu Bakar Al-Baghdadi. Foto: AFP.
Oleh Frank Gardner

DutaIslam.Com - Di bawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdad, kelompok jihadis ISIS berkembang dari kelompok pemberontak menjadi kelompok militan yang tangguh dan ditakuti di dunia. Kekuatan mereka tersebar dari Afrika hingga Australasia.

Kini Big Bos ISIS Abu Bakar Al-Bagdadi tewas. Sepeninggal Baghdadi kelompok ini harus mencari cara untuk beradaptasi.

Saat ini sisa-sisa kepemimpinan ISIS akan punya waktu lama untuk melakoni perencanaan. ISIS perlu memperlihatkan daya tahan dan tanda-tanda kepada pengikutnya bahwa mereka tidak terjerembab akibat kehilangan figur yang sangat terkemuka seperti al-Baghdadi.

Mereka sudah menyebutkan nama pemimpin baru Abu Ibrahim al-Hashemi al-Qurashi, yang digambarkan oleh ISIS sebagai "figur terkemuka dalam berjihad".

Syarat bagi pemimpin ISIS tentu saja kesetiaan yang tak perlu disangsikan, kemampuan yang sudah terbukti untuk membuat rencana strategis, predikat keagamaan, pengalaman tempur lapangan, serta reputasi untuk menegakkan hukuman yang keras.

ISIS sendiri merupakan campuran aneh yang terdiri dari jihadis yang ultra-konservatif serta bekas anggota militer dan aparat intelijen mendiang Presiden Saddam Hussein - yang dikenal sebagai pengikut partai Baath atau Baathist.

Baathist ini menyediakan senjata, alat peledak, informasi intelijen dan perencanaan, karena merekalah yang paling tahu soal Irak. Sementara itu para jihadis membawa fanatisme dan sukarelawan pelaku bom bunuh diri.

Diduga, pengganti Bagdhadi ini memiliki hubungan yang kuat dengan kedua kelompok itu. Meski demikian, beberapa saat, ISIS akan tetap merasakan akibat dari kehilangan Baghdadi.

Ketika para jihadis di seluruh dunia membai'at (menyatakan sumpah setia) kepada ISIS, banyak yang menyampaikan sumpah kesetiaan kepada Baghdadi secara personal dan menyebutnya sebagai "Kalifah Ibrahim".

Ia hanya dua kali muncul dalam video, tetapi ia mampu menyelimuti dirinya dengan kemilau otoritas keagamaan. Ia mengaku diri sebagai keturunan Quraish, suku Nabi Muhammad dan mendeklarasikan "kekhalifahan" dari dalam Mesjid Agung Mosul, yang kemudian ia perintahkan untuk diledakkan.

Penggantinya Abu Ibrahim, diduga kuat juga berasal dari suku Quraishi. Faktanya, Baghdadi adalah seorang pemerkosa berantai dan ia memperkosa Kayla Mueller, pekerja kemanusiaan asal Amerika yang ditangkap ISIS, serta memimpin pemenjaraan terhadap perempuan dan remaja Yazidi - tetapi hal ini tak pernah dipersoalkan oleh para pengikutnya.

Serangan Balas Dendam
Kemungkinan besar akan terjadi. Kemungkinan besar targetnya adalah Irak dan Suriah, tempat akses terhadap senjata, bahan peledak dan pengebom bunuh diri paling mudah didapat.

Trump menyebut Abu Bakar al-Baghdadi sebagai "pembunuh brutal"
Namun sejak ISIS kehilangan teritori terakhir di Baghouz, Suriah, mereka bersumpah akan meneruskan serangan dengan perang yang mereka sebut sebagai "perang erosi" dengan taktik menggerus sedikit demi sedikit kekuatan lawan.

Eropa, Amerika Serikat, Afrika Utara, Kawasan Teluk dan negara-negara Asia semua berada dalam jangkauan serangan ISIS.

Bahkan serangan "serigala tunggal" - serangan yang dilakukan individu tanpa kaitan dengan Timur Tengah dan biasanya mengalami radikalisasi lewat internet - bisa saja dilakukan sebagai balas dendam kematian Baghdadi.

Prancis, yang berada dalam urutan atas target ISIS di Eropa, telah memperingatkan warganya untuk berjaga-jaga. Banyak serangan ISIS yang dirancang untuk menghasilkan korban besar dan spektakular, tetapi para pemimpinnya paham merancang rencana yang lebih canggih, dan lebih sulit terendus aparat keamanan.

Maka dalam waktu dekat yang lebih mungkin terjadi adalah serangan skala kecil berteknologi rendah yang bisa dilakukan tanpa banyak persiapan.

Bangun Kembali dan Perluas
Catatan mengenai daya tahan ISIS cukup meresahkan. Di bawah kepemimpinan al Baghdadi - dibantu koneksi kepada para jihadis lain yag ia bangun ketika ia ditahan di Kamp Bucca - ISIS tumbuh besar dari sisa-sisa Al Qaeda yang sudah dipukul di Irak.

ISIS pisah dengan Al Qaeda pada tahun 2016. Mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal, misalnya penggunaan kekerasan yang sadis dan ekstrim oleh ISIS. Al Qaeda beranggapan langkah itu akan membuat umat Muslim secara lebih luas tidak bersimpati.

Al Qaeda berharap mereka bisa mengungguli ISIS berdasar pendapat itu, tetapi ISIS tidak peduli. Mereka terus melakukan rekrutmen, termasuk menampung penjahat, psikopat dan pedofil serta orang-orang yang tertarik pada kekejaman kelompok ini.

ISIS sudah memiliki cabang yang tersebar di seluruh dunia, dan mereka tidak akan menghilang begitu saja ketika pemimpin tertinggi mereka tewas. Kemungkinan besar pengganti Baghdadi akan mencoba untuk membangun lagi bahkan mengembangkan organisasi ini.

Di luar wilayah utama di Irak dan Suriah, ISIS memiliki konsentrasi pengikut di wilayah Afghanistan, Libia, Afrika Barat, Asia Selatan, Filipina dan Asia Tenggara.

Mereka umumnya punya masalah sendiri-sendiri di negara masing-masing, tetapi ketika ISIS mampu mendirikan "kekhalifahan" yang disertai kekuasaan teritorial, mereka ini berhasil direkrut dari puluhan negara dan menjadi fondasi dari jaringan jihadis yang ada sekarang.

Satu hal yang mengganggu pikiran para kepala intelijen di seluruh dunia adalah alasan sesungguhnya al Baghdadi bersembunyi di Idlib, pojok barat laut Suriah.

Di sana posisi Al Qaeda dominan, sedangkan ISIS dan Al Qaida berperang di Suriah. Tempat persembunyian Abu Bakar al Baghdadi diratakan dengan tanah sesudah ia tewas terbunuh di desa Barisha di Idlib.

Apakah lantaran ia berharap bahwa di tempat itu musuh-musuhnya justru akan sulit menemukannya? Atau jangan-jangan karena ia berharap bisa menjangkau rivalnya dan kemudian membentuk aliansi demi kenyamanan bersama?

Jawabannya mungkin tidak akan muncul dalam waktu dekat, tapi petunjuk-petunjuk diharapkan bisa didapatkan oleh data intelijen yang sedang dikumpulkan oleh pasukan khusus Delta Force Amerika Serikat dari reruntuhan tempat persembunyian terakhir al Baghdadi. [dutaislam.com/pin]

Frank Gardner, Wartawan BBC Bidang Keamanan. Esai ini pertama kali di Bbc.com 2 November 2019.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB