 |
| Gus Mus. Foto: Istimewa. |
"Orang-orang kan selalu membicarakan kalau tidak sudut fiqih, sudut hukum. Itu ya karena mereka tidak mengaji saja,” ujar Kiai Sepu yang akrab disapa Gus Mus tersebut, Sabtu (2/11/2019) dikutip dari NU Online.
Gus Mus menjelaskan, amaliyah-amaliyah seperti tahlilan, maulidan, dapat membuat masyarakat bisa mengingat Allah dan Rasul-Nya.
“Tahlilan dibilang bid'ah. Itu dia tidak ingat. Orang desa bisa ingat Allah itu karena tradisi-tradisi seperti tahlilan. Kalau ini dibid'ahkan lalu orang tidak ada yang tahlilan, wong ada tahlilan saja masih banyak yang lupa Gusti Allah, bagaimana terus kalau tidak ada tahlilan?” jelas Gus Mus.
“Ada peringatan haul saja masih banyak santri yang lupa terhadap kiai dan apa yang diajarkan. Lalu bagaimana jika peringatan haul itu sampai dibid’ahkan?” imbuhnya.
Atas dasar itu, Gus Mus sampai menaruh kecurigaan terhadap perilaku orang-orang yang suka membid’ahkan itu. "Jangan-jangan mau merusak ajaran Kanjeng Nabi,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Gus Mus juga menyinggung menyinggung mengenai istilah Islam Nusantara yang masih sering diperdebatkan. Orang-orang yang sering memperdebatkan Islam Nusantara, kata Gus Mus, adalah mereka yang tidak pernah ngaji. Sehingga menyangka bahwa hal itu merupakan sebuah ajaran baru.
“Orang-orang yang Islamnya masih baru, 10-20 tahun itu tidak tahu, makanya marah-marah sewaktu mendengar istilah Islam Nusantara. Mereka mengira kalau Islam Nusantara itu suatu kategorisasi, ini ada Islam Arab, ini ada Islam Nusantara. Itu karena mereka tidak pernah mengaji, tidak tahu apa itu idhafah,” jelas Gus Mus masih dikutip dari NU Online. [dutaislam.com/pin]
Keterangan: Diolah dari NU Online dengan judul asli 'Yang Membid'ahkan Maulidan dan Tahlilan Biasanya Tak Pernah Ngaji'
