![]() |
Kiai Mustofa Bisri. Foto: Istimewa. |
"Jadi kalau saya melihat Kiai Maemon, saya bertanya-tanya lha nek nyawang kiai maemon wae koyo ngene, apalagi nyawang kanjeng rasul (kalau melihat Kiai Maemoen saja seperti ini apalagi melihat kanjeng Nabi, Red)," ucap Gus Mus saat memberikan tausiyah peringatan 100 hari wafatnya Mbah Moen di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Rabu (13/11/2019) malam.
Bagi Gus Mus, Mbah Moen termasuk sosok yang bukan hanya alim, tetapi paripurna. Menurut Gus Mus, Mbah Moen dapat menghilangkan segala masalah dan kesumpekan bagi orang lain, termasuk dirinya.
"Nek sampean nyawang kanjeng rosul kadoan, sing cedak mawon, Kiai Maemon. Diarani sempurno, menungso, tapi bagi saya itu paripurna. Bukan hanya ngalim, wong ngalim katah. Kulo nyawang kiai maeon nike wis gak usah ngomong blas. Kulo senaja niat kaleh keluarga kulo meriki, nggih ajeng matur-matur lah, tekan mriki blas blas ora iso muni, ilang kabeh sumpek-sumpek (Kalau kamu lihat kanjeng Nabi itu kejauhan, yang dekat saja, Kiai Maemoen. Mau disebut sempurna, beliau masih manusia, tapi bagi saya itu paripurna. Bukan hanya alim, orang alim banyak. Kalau saya lihat Kiai Maemoen tidak bisa ngomong lagi. Saya sengaja sama keluarga mau kesini, mau sowan lah, sampe sini nggak bisa ngomong apa-apa, semua kesumpekan hilang, Red)," tutur Gus Mus.
"Nyawang kiai maaemon koyo ngono apalagi nyawang kanjeng nabi," sambungnya lagi.
Sementara Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid mengenang mendiang Mbah Moen sebagai sosok solutif. Mbah Moen dinilai dapat mengurai hampir segala konflik di parpol.
"Dari beliau saya belajar politik yang moderat dan berkeadilan. Beliau di partai adalah simbol perekat persatuan dan selalu memberikan solusi. Hampir semua konflik di partai beliau yang mengurai dan menyelesaikannya. Beliau juga pandai menyenangkan hati semua orang," kata Zainut dikutip dari Twitter Kementerian Agama, Kamis (14/11/2019). [dutaislam.com/pin]
