TKR (Sebelum Jadi TNI) Dipimpin oleh Para Kiai Tanpa Dibayar
Cari Berita

Advertisement

TKR (Sebelum Jadi TNI) Dipimpin oleh Para Kiai Tanpa Dibayar

Selasa, 22 Oktober 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Pejuang Kemerdekaan RI. (Foto: bangka.tribunnews.com)

DutaIslam.Com - Di antara sejarah yang jarang diketahui adalah tentang Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang nantinya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ternyata TKR ini pimpinannya adalah para kiai.

Hal tersebut diungkapkan oleh KH Agus Sunyoto dalam bedah buku Fatwa dan Resolusi Jihad, di Ponpes Lirboyo 3 November 2017.

Kiai Agus mengatakan, ketika Indonesia pertama kali merdeka tidak punya tentara, baru dua bulan kemudian diadakan tentara.

"September, Oktober.. 5 Oktober dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ini dokumen Negara. Silakan dibaca di Sekretariat Negara, di Arsip Nasional ini semua ada," terangnya.

Dia menjelaskan, dengan dibentuknya TKR ini Negara Indonesia sudah punya tentara. Lanjutnya, tanggal 10 Oktober diumumkanlah jumlah TKR di Jawa saja, belum Sumatra dan lainnya.

"Itu ternyata TKR di Jawa jumlahnya 10 divisi. 1 divisi isinya 10.000 prajurit. Terdiri dari 3 resimen, terdiri dari 15 batalyon. 1 divisi.. Jadi 10 divisi artinya TKR jumlahnya 100.000 pasukan. Itu TKR pertama. Yang nanti menjadi TNI," papar Kiai Agus.

Dari data TKR yang dikeluarkan pemerintah tanggal 10 Oktober 1945, Kiai Agus menjelaskan, bahwa komandan divisi pertama TKR itu adalah Kolonel KH. Sam’un, seorang kiai pengasuh pesantren di Banten.

Sedangkan komandan divisi ketiga adalah kolonel KH. Arwiji Kartawinata. "Ini di Tasikmalaya. Pangkatnya kolonel.. kiai haji.. sampai tingkat Resimen sama..," tandas Kiai Agus.

Lanjutnya, Resimen 17 dipimpin letnan kolonel KH. Iskandar idris. Resimen 8 dipimpin Letnan Kolonel KH. Yunus anis.

"Sampai Komandan Batalyon, Komandan Batalyon TKR Malang dipimpin mayor KH. Iskandar sulaiman," kata Kiai Agus menambahkan.

Ungkapnya, KH. Iskandar sulaiman saat itu jabatannya adalah Rois Suriyah Kabupaten Malang.

"Para kiai.. Ini dokumen negara.. Tidak ngarang.. Silakan dibaca di Arsip Nasional kemudian di Sekretariat Negara masih tersimpan. Di pusat sejarah TNI ada semua," tandas Kiai Agus.

Bahkan, kata Kiai Agus, untuk selanjutnya komandan divisi pertama TKR Kolonel KH. Sam’un ternyata pensiun Brigadir Jendral. "Jadi banyak kiai-kiai yang pensiun Brigadir Jendral. Ini sejarah yang selama ini ditutup," ujarnya.

Lanjutnya, termasuk KH. Hasyim asy’ari dalam pemerintahan Presiden Soekarno beliau sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, tapi buku sejarah di sekolah tidak dicatat.

"Silakan dibaca itu buku-buku sejarah anak-anak SD, SMP, SMA, ada gak? KH Hasyim asy’ari masuk di buku pelajaran itu. Gak ada. Seolah-olah gak pernah ada jasanya dan bukan Pahlawan Nasional. Jadi memang yang dari pesantren itu disingkirkan betul dari negara ini," tandas Kiai Agus.

Dari penjelasan di atas, Kiai Agus menyimpulkan, TKR waktu itu banyak dipimpin oleh para kiai. Terangnya, hanya para kiai dari pesantren dengan santri-santri yang menjadi tentara itu adalah golongan dari elemen bangsa ini yang mau berjuang sebagai militer tanpa bayaran.

"Tentara saat itu gak dibayar. Dibayar dari mana? Baru merdeka, duit aja gak punya. Jadi, tentara itu baru menerima bayaran tahun 1950. Selama tahun 45 sampai perjuangan tahun 50 itu gak ada bayaran. Dan yang mau melakukan itu hanya para kiai, dengan tentara-tentara hizbulloh. Laskar-laskar itu gak ada bayaran," kata Kiai Agus.

"Sampai sekarang. NU itu punya tentara swasta namanya Banser, ya gak dibayar," imbuhnya. [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB