Film The Santri, H. Imam Pituduh, Dakwah Pesantren di Era Digital
Cari Berita

Advertisement

Film The Santri, H. Imam Pituduh, Dakwah Pesantren di Era Digital

Duta Islam #04
Selasa, 01 Oktober 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
H. Imam Pituduh sedang menyampaikan materi sebelum casting film The Santri (sumber: khasmedia)
DutaIslam - Wasekjen PBNU, H. Imam pituduh menyatakan bahwa film The Santri merupakan salah satu agenda yang akan dinahkodai PBNU.

Ia menegaskan sudah saatnya NU membidangi dakwah Islam ramah melalui dunia perfilman. Pasalnya, banyak produksi film Islam kiri yang berhaluan Islam garis keras dan tidak mencerminkan kesantunan. Tentunya, peran NU di dunia film sangat penting.

"Nahdlatul Ulama dengan NU Chamnnel tertarik untuk membuat Film yang mencerminkan Islam Nusantara," tuturnya saat mengisi acara NU GOT TALENT di PP. KHAS Kempek, Cirebon, Ahad (29/09) kemarin.

Lebih lanjut, Bapak Imam menyatakan alasan dakwah lewat film karena film merupakan salah satu media yang efektif untuk membentuk rekayasa perubahan sosial yang mempengaruhi keseharian manusia. Jika dunia perfilman Islam dikuasai oleh golongan garis keras, pasti asumsi yang tertanam ditengah masyarakat adalah Islam non rahmatal lil'alamin.

"Inikan ngawur, kita harus merebut kembali cara beragama yang benar ala nahdlatul ulama melalui dunia film," tegas beliau.

H. Imam Pituduh menyampaikan, film The Santri diagendakan akan diputar di seluruh dunia dengan misi menyebarkan Islam yang moderat, toleran ala Islam Nusantara.

Selain itu, beliau juga melakukan verifikasi terhadap berbagai tuduhan miring tentang film The Santri. Pertama bantahan terkait tuduhan tentang scene pacaran.

Ia membantah bahwa agegan di film tersebut bukan mempertontonkan orang pacaran. "Orang jelas-jelas tulisannya friendship di trailernya kok," ujarnya.

Kedua, perihal scene masuk gereja. Beliau membantah model tuduhan auto kafir bago orang yang masuk gereja. Baginya, tidak ada salahnya masuk gereja selama tidak mengikuti kegiatan keagamaan dalam gereja tersebut.

Yang ingin ditampilkan di scene tersebut, imbuhnya, wajah Islam yang toleran, yang menghormati perbedaan agama sebagai saudara sebangsa.

Ia berharap film tersebut sebagai bentuk pengabadian pamdangan Islam Nusantara. Sehingga, generasi selanjutnya dapat terus mengenal apa itu Islam Nusantara.

"Kita harus takut apabila generasi penerus bangsa memiliki jiwa yang lemah. Oleh karena itu, dengan dibuat film, insya Allah ajaran Islam Nusantara dapat tetap terabadikan dalam jangka waktu ratusan tahun," tuturnya. [dutaislam.com/in]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB