![]() |
Kisah sumur ruma di madinah. Foto: istimewa |
DutaIslam.Com - Tidak terlalu jauh dari Masjid Nabawi, Madinah, ada sebuah properti sebidang tanah dengan sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Sumur itu dikenal dengan nama: Sumur Ruma (The Well of Ruma) karena dimiliki seorang Yahudi bernama Ruma.
Lantas sang Yahudi menjual air setiap hari kepada penduduk Madinah hingga orang-orang antri membelinya.
Diwaktu-waktu tertentu sang Yahudi menaikkan seenaknya harga airnya, rakyat Madinah pun terpaksa harus tetap membelinya. Karena hanya sumur inilah yang tidak pernah kering.
Kabar ini akhirnya berhembus sampai kepada Rasulullah SAW. Rasulullah lantas menyeru kepada para sahabatnya untuk menyelesaikan persoalan air dan sumur tersebut. Beliau menjanjikan kepada siapapun yang membeli sumur milik sang Yahudi itu dan mewakafkannya untuk umat Islam, maka kelak ia akan mendapatkan minuman di Surga, sebanyak air dalam sumur tersebut.
Baca: Menakjubkan! Sumur Berusia 1.400 Tahun Milik Utsman Sahabat Nabi Masih Mengalir Hingga Sekarang
Tetapi Utsman ra bukan hanya pebisnis sukses yang kaya raya, tetapi ia juga negosiator ulung. Ia bilang kepada Ruma: "Aku akan membeli setengah dari sumurmu dengan harga yang pantas, jadi kita bergantian menjual air, hari ini kamu, besok saya", begitupun seterusnya.
Melalui negosiasi yang sangat ketat tersebut, akhirnya Utsman ra berhasil membeli sumur sang Yahudi, senilai 12.000 dirham.
Apa yang terjadi setelahnya membuat sang Yahudi merasa keki.
Ternyata Utsman memberikan air itu secara gratis kepada semua penduduk Madinah. Pendudukpun mengambil air sepuas-puasnya sehingga hari keesokannya mereka tidak perlu lagi membeli air dari Ruma sang Yahudi.
Merasa kalah, sang Yahudi akhirnya menyerah, ia meminta sang Utsman untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya. Tentu saja Utsman harus membayar lagi dengan harga 8.000 dirham. Sampai sekarang di Madinah, sumur tersebut dikenal dengan nama sumur Raumah
Kisah Sumur Ruma di Madinah
Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang diberi air dari sumur Utsman ra. Kebun kurma tersebut dikelola oleh badan wakaf pemerintah Saudi sampai hari ini. Kurmanya dieksport ke berbagai negara di dunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu dan pendidikan.
Sang Yahudi tidak akan penah menang. Kenapa?
Karena visinya terlalu dangkal. Ia hanya hidup untuk masa kini, masa ada di dunia. Sedangkan visi dari Utsman bin Affan adalah jauh kedepan. Ia berkorban untuk menolong manusia lain yang membutuhkan dan ia menatap sebuah visi besar yang bernama: "Shadaqatun Jariyah, sedekah berkelanjutan". Sebuah shadaqah yang tidak pernah berhenti, bahkan pada saat manusia sudah mati.
Inilah cara memajukan Islam secara cerdas dan barokah dunia akhirat. Bukan dengan "memusuhi" Yahudi, tapi "mengalahkan" bernegosiasi dengan cara yang terhormat.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Bukhari).
Baca: Ajib, Rekening Atas Nama Sayyidina Ustman Masih Berkembang Hingga Kini (Lebih 150 M)
Semoga artikel ini memilik manfaat bagi pembaca yang budiman dan mengambil hikmah dari semua cerita diatas. [dutaislam/ka]
