Aktivis HTI Irkham Fahmi Sebut Perlawanan NU Terhadap Orde Baru Karena Tolak Pancasila
Cari Berita

Advertisement

Aktivis HTI Irkham Fahmi Sebut Perlawanan NU Terhadap Orde Baru Karena Tolak Pancasila

Duta Islam #02
Sabtu, 03 Agustus 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Irkham Fahmi al-Anjatani.
DutaIslam.Com - Aktivis HTI Irkham Fahmi al-Anjatani dalam artikelnya yang berjudul "Ketika Kiai-Kiai NU Ditangkapi" menceritakan perlawanan kiai NU terhadap kezaliman pada masa Orde Baru.

Hal demikian benar adanya, tapi Irkham berikutnya ngaco bahwa hal tersebut dikarenakan penolakan kiai-kiai NU terhadap Pancasila. Irkham menulis:

Dalam keadaan genting, banyak ulama NU dizhalimi karena menolak Asas Tunggal Pancasila, di awal-awal tahun 1980, guna meredam kezhaliman itu, Gusdur coba memberi pengertian kepada Para kiai, agar mereka mau menerima Pancasila. Dari situlah kemudian Kiai-kiai NU terbagi ke dalam dua kelompok, ada yang menerima dan ada yang menolak.

Berdasarkan fakta sejarah tersebut, maka dapat disimpulkan, bahwa semua ulama, termasuk kiai-kiai NU dahulu pun menolak Pancasila. Logikanya, jika mereka menerima Pancasila seharusnya mereka tidak menolak ketika Soeharto memaksakan Asas Tunggal kepada semua ormas Islam. Nyatanya, mereka menolak, dan kemudian mereka dibredel oleh Penguasa.

Padahal sejarah telah mencatat bahwa KH Wahid Hasyim (ayahanda Gus Dur) ikut merumuskan dasar negara Pancasila.  Pada mulanya, Tim 9 (sembilan) perumus dasar negara yang terdiri dari Soekarno, Muh. Hatta, A.A. Maramis, KH A. Wachid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Ahmad Subardjo dan Muh. Yamin, merumuskan salah satu bunyi Piagam Jakarta yaitu: “Ketuhanan, dengan Kewajiban Menjalankan Syari'at Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya”.

Sebelum Pembukaan/Muqaddimah (Preambule) disahkan pada tanggal 17 Agustus 1945 Mohammad Hatta mengutarakan aspirasi dari rakyat Indonesia bagian Timur yang mengancam memisahkan diri dari Indonesia jika poin “Ketuhanan” tidak diubah esensinya. Akhirnya setelah berdiskusi dengan para tokoh agama di antaranya Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, dan Teuku Muh. Hasan, ditetapkanlah bunyi poin pertama Piagam Jakarta yang selanjutnya disebut Pancasila itu dengan bunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Tokoh ulama yang berperan menegaskan konsep Ketuhanan yang akomodatif itu adalah KH Wahid Hasyim. Menurut Kiai Wahid Hasyim saat itu, “Ketuhanan Yang Esa” merupakan konsep tauhid dalam Islam. Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk menolak konsep tersebut dalam Pancasila. Artinya, dengan konsep tersebut, umat Islam mempunyai hak menjalankan keyakinan agamanya tanpa mendiskriminasi keyakinan agama lain. Di titik inilah, menjalankan Pancasila sama artinya mempraktikan Syariat Islam dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada sikap intoleransi kehidupan berbangsa atas nama suku, agama, dan lain-lain. (Abdul Mun’im DZ, 2016).

Baca: KH Wahid Hasyim Lahir untuk Melahirkan Rumusan Pancasila

Masih di era Sukarno, ketika GP Ansor difitnah akan membentuk Negara Islam Indonesia oleh Nekolim, G-30 S dan anteknya, Kiai Machrus Ali yang pada saat itu menjabat sebagai Rois Syuriah PWNU Jatim dengan tegas mengatakan:

“NU tak ada impian apalagi niatan untuk membentuk Negara Islam, seperti apa jang didesasdesuskan oleh Nekolim dan antek2nja. NU tetap mempertahankan Negara Pantjasila sampai achir zaman”. Baca: Ketika NU Banjir Fitnah, Ini Jawaban KH Machrus Ali Lirboyo [dutaislam.com/gg]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB