Karomah Prof. Sayyidi Syekh Kadirun Yahya
Cari Berita

Advertisement

Karomah Prof. Sayyidi Syekh Kadirun Yahya

Duta Islam #07
Jumat, 23 Agustus 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Mendalami ilmu tarekat
Karomah prof. sayyidi syekh kadirun yahya. Foto: istimewa
Bagi pengikut Tarekat Naqsyabandiyah terutama dari Syekh Mursyid Kadirun Yahya, sosok Syekh Kadirun Yahya yang juga dikenal sebagai guru besar ini merupakan anutan.

DutaIslam.Com -Prof Sayyidi Syekh Kadirun Yahya merupakan keturunan dari seorang syekh di Tarekat Naqsyabandiyah. Sang nenek, baik dari pihak ayah maupun ibunya, dikenal memiliki garis keturunan Syekh Tarekat, yakni Syekh Yahya dan Syekh Abdul Manan.

Di bawah kepemimpinan sosok kelahiran Pangkalan Berandan, Sumatra Utara pada 20 Juni 1917 ini, Tarekat Naqsyabandiyah berkembang pesat di dalam dan di luar negeri. Setidaknya lebih dari 700 tempat ibadah dan halakah telah didirikan. Dan hampir tiap tahun kegiatan suluk rutin dilakukan sebanyak 10 kali di berbagai tempat.

Menurut Martin Van Brueinessen dalam Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, persinggungan Syekh Kadirun dengan dunia tarekat dimulai sejak masih kecil. Dia dibesarkan dalam keluarga yang Islami dan sangat kental kehidupan keagamaan.

Keluarga besarnya yang bergaris keturunan sebagai syekh tarekat, ramai dikunjungi para guru dan pimpinan sufi ketika itu. Meski terlahir dari keluarga besar yang religius, putra dari pasangan Sutan Sori Alam Harahap dan Siti Dour Siregar ini, tetap mendapatkan pendidikan formal dan belajar ilmu-ilmu umum. Pada 1924, dia belajar di sekolah dasar Belanda Hollandsch-Inlandsche School (HIS) hing ga selesai pada 1931.

Baca: Ini Bukti Imam Syafii Memuji Para Sufi

Setelah selesai di sekolah dasar Belanda, Kadirun Yahya berangkat ke Pulau Jawa dan melanjutkan jenjang pendidikan Belandanya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) setingkat menengah pertama hingga 1935. Usai menamatkan MULO, Kadirun Yahya konsisten melanjut kanke sekolah menengah atas Algemeene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta dan menamatkannya pada 1938.

Selama di Yogyakarta, ia pernah mendapatkan kepercayaan tinggal bersama keluarga pendeta Belanda sampai dipercaya menjadi asisten. Malahan, sewaktu sang pendeta berhalangan, Syekh Kadirun diminta menjadi penceramah pengganti untuk berbicara perihal aliran kepercayaan, metafisika, dan ilmu gaib yang memang tengah populer pada 1930-an. Jenjang pendidikannya tak terhenti ditingkat menengah, dia memutuskan hijrah ke Belanda hingga 1942, lantas kembali ke Sumatra Utara.

Mendalami Ilmu Tarekat


Ia mulai memperdalam tarekat sejak 1943-1946, melalui seorang guru dari Syekh Syahbuddin Aek Libung, Tapanuli Selatan. Pada masa penjajahan Jepang, ia terus belajar dan mendekatkan dirinya dengan tarekat. Pada 1947, Syekh Muhammad Hasyim membolehkan Kadirun Yahya ikut serta dalam dzikir di rumah murid Syekh Muhammad Hasyim Buayan. Bahkan memimpin suluk dalam dzikir tersebut.

Kadirun Yahya memiliki kedekatan hubungan dengan sang guru. Selama sang guru masih hidup, setiap pekan dia mengunjunginya, hingga gurunya itu wafat. Sang guru memberikan pujian kepada Kadirun Yahya karena memiliki kualitas ketakwaan, kepribadian, dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai dengan ketentuan akidah dan syariat Islam.

Ini menyiratkan bahwa ketinggian ilmu agama yang dimiliki Kadirun Yahya, hingga ketika akhirnya ia diangkat oleh Syekh Hasyim menjadi pemimpin Naqsabandiyah pada 1950. Sejak saat itu, gelar Syekh telah tersematkan di dirinya. Menjelang Syekh Hasyim wafat pada 1954, ia secara diam-diam menurunkan dan mewariskan segala ilmunya kepada Syeikh Kadirun Yahya.

Akademisi Selain perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah yang cukup pesat pada saat kepemimpinannya, ia juga tetap memiliki perhatian dalam dunia pendidikan. Dia meraih gelar doktor dalam ilmu filsafat kerohanian pada 1968. Di bidang yang sama, ia juga meraih gelar profesornya.

Syekh Kadirun Yahya juga aktif mendirikan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga setingkat perguruan tinggi atau universitas. Salah satu perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Panca Budi di Medan. Kemampuannya memimpin tarekat dan jenjang pendidikan yang ia miliki, membuat Kadirun Yahya menjadi sosok Profesor yang juga seorang Syekh Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah yang mempunyai banyak murid di beberapa wilayah Nusantara.

Pada 9 Mei 2001, sosok pemimpin tarekat ini pun wafat, dengan meninggalkan duka bagi para muridnya. Prof Sayyidi Syekh Kadirun Yahya dimakamkan di Surau Qutubul Amin Arco, Kabupaten Bogor.

Anugerah Berupa Karomah
Masih mengutip Martin, beberapa kisah karomah Syekh Kadirun banyak dinukilkan oleh para muridnya. Karomah-karomah tersebut tak terlepas dari mukjizat dan kedahsyatan yang tersembunyi di balik kalam Ilahi. Dalam pandangan Syekh Kadirun, ayat-ayat Allah SWT tersebut mengandung tenaga tak terhingga, tenaga nuklir pun belum apa-apa dibandingkan dengan tenaga Ilahi ini.

Kebesaran dari kalimat-kalimat Allah itu, untuk menyambut dan menghancurkan sekaligus ancaman-ancaman bahaya maut bagi umat manusia. Menurutnya, jika bukit-bukit dapat dilebur oleh surah al-Hasyr 21, bukit dibelah-belah dengan surah ar-Ra'du 31, pasti apa saja bisa dilebur oleh firman-firman Allah.

Saat ini, ungkap Syekh Kadirun, ke dahsyatan itu bisa disampaikan oleh para wali dan mereka yang dekat dengan Tuhannya. "Dengan suatu kiasan fisika lainnya, tenaga Allah adalah ibarat listrik dan wasilah, penghantar atau saluran manusia dan Allah melalui mursyid dan silsilahnya, serupa kawat listrik," tuturnya.

Pernah Syekh Kadirun diminta bantuan oleh Datuk Hamzah Abu Sammah untuk mengatasi pemberontakan Komunis di Malaysia pada 1982. Berbekal batu yang sudah dibacakan asma-asma Allah, batu- batu tersebut dilemparkan dari helikopter di markas-markas pemberontak. Mereka kalang-kabut hingga akhirnya takluk dan menyerah.

Baca: Debat Cerdas Seorang Imam Sufi VS Inspirator Salafy Wahabi

Semoga senantiasa kita didekatkan dengan Allah SWT lewat kekasih-kekasih-Nya, dan ucapan fatihah kepada Prof. Sayyidi Syekh Kadirun Yahya selalu tercurahkan kepada beliau. Amin. [dutaislam/ka]

Sumber: Republika
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB