Jilbab, Perilaku dan Logika Kacau Hanan Attaki
Cari Berita

Advertisement

Jilbab, Perilaku dan Logika Kacau Hanan Attaki

Duta Islam #02
Selasa, 13 Agustus 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Hanan Attaki. (Foto: istimewa)

Oleh Hasanudin Abdurakhman

DutaIslam.Com - Barusan baca di timeline, tulisan Hanan Attaki yang dibagikan oleh seorang teman. Gile juga, yang share puluhan ribu. Isinya apa? Pembelaan terhadap perempuan berjilbab yang perilakunya masih kacau.

Pembelaan Hanan, jilbab itu perintah Allah. Sedangkan perilaku itu soal akhlak. Akhlak soal pribadi, kata dia. Menurut dia, mungkin saja perempuan berjilbab berakhlak tidak baik. Itu bukan karena jilbabnya.

Rada kacau logikanya. Berjilbab itu perintah Allah. Lha, emang menjaga akhlak itu bukan perintah Allah? Inilah masalah pada pola pikir ini. Fokus mereka soal agama adalah soal halal-haram-mubah-sunnah wajib. Padahal inti agama bukan itu. Inti agama justru pada akhlak. Kata Nabi, aku diutus untuk memuliakan akhlak. Halal-haram-mubah-sunnah-wajib itu hanyalah frame yang memandu agar orang bisa menjaga akhlaknya.

Jadi bagaimana kalau ada perempuan berjilbab tapi akhlaknya buruk? Itu terjadi karena ia fokus pada frame tadi. Pokoknya aku jalankan kewajiban pada Allah. Soal lain mah belakangan. Sama halnya pada ibadah lain, yang wajib-wajib didahulukan. Itulah sebabnya ada orang yang salat, tapi korupsi. Karena fokus dia pada kewajiban-kewajiban tadi.

Tapi kan setidaknya dia lebih baik. Masih mending berjilbab daripada tidak. Ya silakanlah. Lagi-lagi semua tergantung pada hal apa yang jadi fokus. Kalau saya, fokus pada perilaku sosial. Anda salat, itu tidak ada pengaruhnya ke orang lain, termasuk ke saya. Jadi silakan salat. Silakan pula tidak salat. Tapi kalau Anda menerobos lampu merah, itu jadi urusan banyak orang. Saya akan resek kalau Anda lakukan itu.

Yang terakhir itu soal akhlak. Saya tidak peduli kalau Anda berzina, sejauh tidak menimbulkan efek sosial. Tapi kalau tindakan tidak patut Anda punya efek sosial, orang lain akan keberatan.

Sama halnya dengan jilbab tadi. Mau pakai jilbab silakan. Tapi kalau Anda mencuri, itu masalah. Jangan pernah katakan, mending pakai jilbab tapi mencuri, daripada mencuri dan tidak pakai jilbab. Mencuri adalah mencuri, tidak ada urusannya dengan pakai jilbab atau tidak.

Satu hal lagi, ketika Anda pakai jilbab, Anda otomatis sudah menjadi duta agama Anda. Otomatis akhlak Anda jadi sorotan, dan perilaku Anda dikaitkan dengan agama Anda. Jadi tidak ada istilah oknum lagi. Memakai atribut itu menjadikan diri Anda seorang duta.

Tapi sebenarnya tidak adil dan konyol juga kalau perempuan yang terus menerus disorot. Laki-laki bagaimana? Laki-laki yang berpenampilan religius tapi brengsek relatif jarang disorot. Begitulah. Karena dunia didominasi laki-laki. Salah satu pekerjaan pemuka agama adalah mempertahankan dominasi itu.

Kembali ke soal jilbab tadi, bagaimana dengan perempuan berjilbab tapi akhlaknya buruk? Sikap saya, sok atuh, bukan urusan saya. Cuma kalau menerobos lampu merah di depan saya mungkin akan saya tabrak. Kalau maling barang saya, akan saya tempiling. Kalau gatel sama saya, akan saya anu. [dutaislam.com/gg]

Source: FB Hasanudin Abdurakhman, dengan judul asli: Jilbab dan Perilaku.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB