Tidak Membawa Cinta dalam Keseharian, Tak Layak Disebut Habib
Cari Berita

Advertisement

Tidak Membawa Cinta dalam Keseharian, Tak Layak Disebut Habib

Duta Islam #03
Kamis, 11 Juli 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Quraish Shihab dan Mahfud MD dalam pertemuan habib, Rabu (10/07/2019)  malam. Foto: Twitter Alissa Wahid.
DutaIslam.Com - Sejumlah Habib yang mengelola Majelis Hikmah Alawiyah (Mahya) bertemu dan berdiskusi bersama mengenai gerakan suluh kebangsaan, Rabu (10/07/2019) malam. Salah satu yang menjadi pembahasan ialah terkait dengan gelar habib.

"Pertemuan malam hari ini adalah khusus dengan para Habib yang mengelola MAHYA, Majelis Hikmah Alawiyah," tulis Putri Gus Dur Alissa Wahid di Twitter dengan menunjukkan bukti foto beberapa Habib yang hadir.

Satu di antaranya Pengarang Tafsir Al-Misbah Prof. Dr. Quraish Shihab. Meskipun bukan habib, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ikut pertemuan tersebut.

Mahfud MD bertanya bagaimana memandang habib yang memiliki karakater yang berbeda. Menjawab pertanyaan Mahfud MD, Quraish Shihab mengatakan, yang dilihat dari seorang habib adalah ilmu dan pengamalannya.

"Pak @mohmahfudmd bertanya bagaimana memandang Habib yg berbeda2. Pak @quraishihab menjawab lihat pengamalannya, lihat ilmunya. Sesuai dengan tuntunan agama atau tidak. Jadi bukan soal habib atau bukan habib," ujar Alissa menceritakan jawaban QUraish Shihab.

Lebih lanjut Alissa mengatakan bahwa beberapa habib memang tidak suka dipanggil habib. Seperti Quraish Shihab dan Haidar Bagir. Alasannya karena habib sama dengan mahabbah yang berarti cinta. Sehingga kalau tidak dicintai dan mencintai maka bukan habib.

Selain itu, lanjut Alissa, jika seorang habib tidak membawa cinta dalam kesehariannya maka tidak layak disebut habib.

"Para habib malam ini justru bersuara soal gelar Habib. Pak @quraishihab jengah disebut sebagai Habib. Bib @Haidar_Bagir juga. Menurut beliau2, Habib itu asal katanya sama dengan mahabbah (cinta). Jadi kalau tidak dicintai dan mencintai, bukan habib," kata Alissa.

"Istilah habib bermakna inti cinta. Jadi kalau tidak membawa cinta dalam kesehariannya, tidak layak disebut habib. Dan zaman dulu, tidak semua Alawiyyin disebut sebagai habib. Tidak seperti sekarang," sambungnya.

Sebagaimana diketahui, cara dakwah beberapa habib di Indonesia ada yang lebih cenderung pada cara-cara yang kasar dan keras. Ini juga disinggung dalam pertemuan tersebut.

"Salah satu warisan para Habib Alawiyyin terdahulu adalah meletakkan pedang, yaitu jauh dari kekerasan," imbuh Alissa mengutip pernyataan Quraish Shihab.

Alissa menceritakan bahwa semakin malam diskusi para habib berlangsung semakin seru. Mereka juga membahas mengenai Islam dan bangsa Indonesia.

"Diskusi #GerakanSuluhKebangsaan dengan para Alawiyyin yang terlibat dalam MAHYA, Majelis Hikmah Alawiyah semakin malam semakin seru, tentang Islam dan bangsa ini," ujar Alissa. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB