Pantja Sila dan Al Maqasid Bung Karno
Cari Berita

Advertisement

Pantja Sila dan Al Maqasid Bung Karno

Duta Islam #07
Senin, 22 Juli 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Pidato pancasila bung karno
Pidato pancasila bung karno. Foto; istimewa
Pancasila adalah satu weltanschauung, satu dasar falsafah, pancasila adalah satu alat pemersatu, yang seyakin-yakinnya Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas dasar pancasila itu.

DutaIslam.Com - Seorang kawan ahli bahasa, demikian konon dikatakan Ir. Soekarno dalam pidatonya dihadapan Sidang BPUPKI 1 Juni 1945, "Menyarankan agar kelima pokok hal ini disebut Pancasila."

Pidato Bung Karno, kala itu memang  menjawab pertanyaan Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Sang Ketua, yakni, jika nanti negara kita berdiri, di atas dasar apakah ia akan tegak?

Kawan ahli bahasa itu tentu saja adalah Mr. M. Yamin. Tokoh dahsyat yang mengemukakan gagasan kesatuan Indonesia-nya dengan membesar jayakan Majapahit hingga tokoh Gajah Mada pun wajah ilustrasinya meminjam potret beliau.

Baca: Dulu Negeri Arab Gandrung ke Soekarno, Kini ke Islam Moderatnya NU. Ini Kehebatan Soekarno di Negeri Arab

Sesederhana itukah lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945?

Tentu saja tidak.

Pancasila rumusan Bung Karno meletakkan kebangsaan sebagai sila pertama dan ketuhanan di sila terakhir. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Sehari sebelumnya, pada 31 Mei, Mr. Soepomo mengajukan rancangan lain:

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Adapun gagasan Mr. M. Yamin pada 29 Mei berisi:

1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat

Pidato Pancasila Bung Karno


Kesemua rumusan ini berbeda dengan yang akan ditetapkan sebagai "Dasar Negara" pada 18 Agustus 1945. Untuk diketahui, selain Ir. Soekarno, Panitia Sembilan perumus Dasar Negara sebagai amanat PPKI yang menghasilkan "Piagam Djakarta" beranggotakan pula Drs. Moh. Hatta, KH. Wahid Hasyim, Prof. KH Abdul Kahar Muzakkir, H. Agus Salim, Abikusno Tjokrosujoso, Ahmad Subardjo, Mr. Muh. Yamin, dan A.A. Maramis. Dari kentalnya komposisi Ulama dan Zu'ama ini, tak heran bahwa yang disahkan kemudian sebelum insiden dihapusnya 7 kata:

1. Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at Islam bagi pemeloek2-nja*
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjarawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.

Banyak beredar selebaran maya yang menghubungkan kelima sila tersebut dengan ayat-ayat yang dipilih dari Al Quran. Sebagai seorang muslim, saya menyatakan hormat kepada yang menyatakan demikian. Saya akan menyatakan hormat pula jika ummat lain punya dalil dari kitab suci mereka tentang sila-sila Pancasila. Dan ini amat mungkin sekali mengingat luasnya kandungan kitab suci berbagai agama. Tinggal dicari dan dicocokkan.

Yang saya hendak sampaikan justru hipotesis beberapa pewaris sejarah Masyumi yang diungkap oleh Dr. Adiwarman Karim dalam sebuah artikel pendek tentang Ekonomi Syari'ah, Ekonomi Pancasila, bahwa para 'Ulama pendiri bangsa itu kemungkinan telah menyusun pancasila sesuai Maqashid Asy Syari'ah Adh Dharuriyah yang rumusannya dirintis Imam Al Ghazali kemudian disempurnakan oleh Imam Asy Syathibi dalam Al Muwafaqat.

Benar, idenya buah pikir bersama dan mungkin juga mengambil sebagian dari Bung Karno, Yamin, maupun Soepomo. Tapi susunannya, mari perhatikan Dharuriyat Al Khams, atau 5 dari tujuan pokok diturunkannya Syari'at itu:

1. Hifzhud Diin (Menjaga Agama)-> Ketuhanan
2. Hifzhun Nafs (Menjaga Jiwa Manusia)-> Kemanusiaan
3. Hifzhun Nasl (Menjaga Keturunan, Kelangsungan)-> Persatuan
4. Hifzhul 'Aql (Menjaga Akal)-> Hikmat Kebijaksanaan
5. Hifzhul Maal (Menjaga Harta dan Milik)-> Keadilan Sosial

Baca: Tahukah? Pancasila Itu ”Piagam Madinah”nya Indonesia

Beragama sesungguhnya sudah berpancasila. Hingga aneh jika ada yg beragama tetapi anti pancasila. Padahal pancasila adalah dasar berbangsa dan bernegara, bukan dasar beragama.

Semoga Allah merahmati para perumus agung dasar negara ini. Selalu diperlukan sikap adil pada Pancasila. Anti sama sekali kepadanya berarti mengingkari sejarah perjuangan para ulama. Menerimanya secara sekuler dengan memisahkannya dari nilai-nilai Islam yang menjiwainya juga tak tepat. Selamat berpancasila. [dutaislam/ka]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB