Ketua PBNU: Jangan Ada yang Berfikir Meniadakan Pendidikan Agama di Sekolah
Cari Berita

Advertisement

Ketua PBNU: Jangan Ada yang Berfikir Meniadakan Pendidikan Agama di Sekolah

Duta Islam #02
Sabtu, 06 Juli 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ketua PBNU Robikin Emhas. (Foto: NU Online)
DutaIslam.Com - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas menegaskan bahwa agama bukan sumber konflik. Menurutnya, agama hadir justru untuk menyelesaikan konflik. Karena agama merupakan solusi perdamaian dunia.

"Untuk itu jangan ada yang berfikir untuk meniadakan pendidikan agama di sekolah," kata Robikin, Sabtu (06/07/2019) dalam keterangan tertulisnya.

Robikin mengatakan, melalui agama Tuhan memperkenalkan dirinya, sehingga manusia mengenal sifat-sifat Tuhan. Kita mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan seterusnya justru karena peran agama.

Selain itu, kata dia, melalui agama manusia juga mengenal bagaimana pola hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, serta manusia dengan alam lingkungannya.

"Semua itu dimaksudkan agar menusia dapat mencapai kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun setelah kematiannya," ujar Robikin.

Dia menjelaskan, antar sesama manusia, Nahdlatul Ulama merumuskan trilogi persaudaraan. Persaudaraan sesama muslim (ukhuwah islamiyah), persaudaraan sesama warga negara (ukhuwah wathaniyah) dan persaudaraan sesama anak cucu Nabi Adam (ukhuwah basyariyah atau ukhuwah insaniyah).

Menurutnya, trilogi ukhuwah itu agar kehidupan yang harmoni dapat dicapai, agar perdamaian dunia bukan sekadar mimpi, agar kesejahteran dan keadilan sosial dapat digapai.

"Dengan begitu martabat kemanusiaan dapat dijunjung tinggi. Itulah ajaran Islam. Karena secara harfiah Islam berarti ‘damai’, ‘selamat’, ‘aman’, atau ‘tenteram’," kata Robikin.

Lebih lanjut Robikin mengatakan, Indonesia memang bukan negara agama, tapi berdasarkan konstitusi, tidak seorang pun warga negara boleh tidak beragama. Meskipun demikian, Indonesia bukan negara sekuler yang memisahkan antara negara dengan agama dengan tembok pembatas.

"Untuk itu negara harus tetap hadir melalui peran pendidikan agama di sekolah. Namun demikian, pendidikan agama di sekolah tidak boleh memperhadapkan secara vis a vis antara negara dan agama," ujarnya.

"Ajaran agama yang dikembangkan di sekolah harus moderat dan toleran yang sekaligus menumbuhkan semangat nasionalisme tinggi. Agar setiap pemeluk agama taat kepada agamanya, namun sekaligus mencintai tanah airnya," imbuh Robikin. [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB