![]() |
Kajian di Masjid Nurul Iman Kompleks Mal Blok M Square, Jakarta Selatan. Foto: Istimewa. |
Kelompok Salafi telah sepenuhnya menguasai masjid tersebut. Kajian keagamaan di luar kelompok Salafi sudah tidak diijinkan. Pelarangan bukan semata-mata lantaran antusiasme masyarakat setempat untuk mengikuti kajian Salafi. Lebih dari itu, paham keagaman lain dianggap sebagai ajaran yang tidak benar dan bertentangan, termasuk tasawuf.
Hal ini diakui sendii oleh Koordinator Dakwah Masjid Nurul Iman bernama Fauzar. Dia mengatakan bahwa pengurus masjid telah mengundang ustadz-ustadz Salafi untuk mengisi kajian rutin di masjid tersebut sejak 10 tahun silam.
Sebelum itu, kata Fauzar, Masjid Nurul Iman terdapat banyak pengajian dari berbagai aliran seperti Jamaah Tabligh, Sekte Syiah, Tasawuf, hingga Kejawen. Namun, aliran-aliran lain selain Salafi kemudian dibredel karena dianggap bertentangan.
"Dulu di sini semua aliran masuk, ada Jamaah Tabligh, sekte Syiah, Tasswauf sampe kejawen semuanya masuk sini lah. Tapi sekarang semuanya Salafi, yang lama saya bredel semua karena bertentangan," kata Fauzar dikutip dari CNNIndonesia.com.
Pengakuan Fauzar menguatkan siasat licik Wahabi-Salafi dalam menguasai masjid sebagaimana tulisan Dutaislam.com pada 22 Desember 2015 silam. Mula-mula mereka mengontrak dekat masjid menjadi sasaran. Dengan halus mereka sukarela menjadi marbot atau pembersih masjid. Lalu pelan-pelan menyebarkan ajaran dengan mengajar mengaji anak-anak.
Mereka lantas bisa naik pangkat menjadi imam kalau tidak ada imam rutin. Bahkan, ada yang mengawini anak atau kerabat imam masjid. Kemudian, lambat laun merembet masuk dalam kepengurusan masjid dan berusaha menguasai program. Orang-orang se-alirannya pelan-pelan dimasukkan menjadi pengurus.
"Lalu pengurus lama disingkirkan," kata Ketua Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Kiai Abdul Manan al-Ghani, Kamis (18/04/2015) silam.
Kiai Abdul Manan benar-benar prihatin dengan fenomena perebutan masjid oleh kelompok Wahabi dan salafi. "Jumlah masjid NU di Jawa telah mereka rebut sekitar 300," ujarnya.
Ada juga yang masuk dengan cara memberikan bantuan. Lalu mereka berusaha mempengaruhi semua kegiatan di masjid penerima bantuan. Penyumbang ini juga akhirnya menjadi pengurus lantaran pengurus lain merasa tidak enak sebab dia sudah banyak membantu keuangan masjid.
"Akhirnya bisa ditebak. Masjid yang tadinya biasa membaca doa qunut saban salat subuh, menggelar acara maulid, dan tahlil, semua kegiatan semacam ini hilang karena alasan bid'ah," ujar Kiai Manan [dutaislam.com/pin]
