![]() |
Info grafis deretan ustadz di balik geliat hijrah anak muda yang dilansir CNNIndonesia.com. |
"Beberapa ustadz ini mengenyam pendidikan di Timur Tengah dan mampu mengemas dakwah salafi masuk dengan bahasa anak muda. Potongan-potongan video dakwah soal hijrah mereka kerap disimpan dan dishare lewat akun medsos dan youtube," tulis CNN dalam info grafis yang diposting Senin, 8 Juli 2019.
Adapun tujuh deret ustadz di balik geliat hijrah anak muda tersebut sebagai berikut. Diinfokan juga latar belakang pendidikan mereka dan jumlah pengikutnya di media sosial.
1. Hanan Attaki
Jumlah Follower: 7,1 juta
Alumni Al-Azhar Kairo, Pendiri Pemuda Hijrah Bandung
2. Khalid Basalamah
Jumlah Follower: 885 Ribu
Alumni Universitas Madinah, Arab Saudi, Pengisi Kajian Masjid Blok M Square
3. Oemar Mita
Jumlah Follower: 634 ribu
Lulusan Lipia, Fakultas Syariah, aktif isi kajian hijrah dari Terang Jakarta hingga Hijrah Fest
4. Abdul Somad
Jumlah Follower: 9,5 juta
Lulusan Al-Azhar, Kairo, Darul Hadis Maroko, Dai dan Dosen UIN
5. Syafiq Riza Basalamah
Jumlah Follower: 886 ribu
Lulusan Universitas Madinah, aktif isi kajian hijrah anak muda hingga artis di kota-kota besar.
6. Felix Siauw
Jumlah Follower: 3,8 juta
Lulusan IPB, Anggota Hisbut Tahrir Indonesia (HTI), penulis dan pendiri kajian hijrah Yuk Ngaji
7. Adi Hidayat
Jumlah Follower: 2 juta
Dakwah Islam Libya, Dai, aktif isi kajian hijrah kajian musyawarah dan pendiri akhyarTV.
Hijrah memang salah satu term dalam Islam yang dalam konteks sejarah merujuk pada hijrah Nabi Muhammad dari Kota Mekkah ke Kota Madinah. Hijrah Nabi tersebut dipahami dan diartikan beragam di era sekarang.
Salah satunya dipahami perubahan sikap dari prilaku buruk menjadi prilaku baik. Sebagian lain, ada yang memahami hijrah hanya perubahan aksesoris fisik berupa pakaian dari yang bernuansa 'sekuler' ke pakaian yang bernuansa 'agamis'.
Silahkan belajar agama, tapi hati-hati dengan ustadz-ustadz dan ajarannya yang kurang tepat dalam memahami makna hijrah. Apalagi ustadz yang mengajarkan pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian editorial kali ini. [dutaislam.com/pin]
