 |
| Massa dari Front Pembela Islam menggelar aksi unjuk rasa di Patung Kuda Kencana Wiwaha, untuk memberikan dukungan kepada Mahkamah Konstitusi yang sedang menggelar sidang perdana gugatan sengketa Pilpres 2019 hari ini, 14 Juni 2019. Foto: Tempo.co. |
Lihat saja aksi 212 yang bertujuan untuk 'mengkudeta' Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Serangkaian aksi berjilid-jilid sebelum itu juga telah digelar dengan maksud dan tujuan yang sama.
Kasus Ahok dan Pilkada DKI Jakarta selesai, berganti Pilpres. Disamping memberikan dukungan politik kepada salah satu paslon, PA 212 terus konsisten dengan aksinya. Hingga perhelatan Pilpres berujung ke Gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK), gerakan mereka masih itu-itu saja: aksi politik atas nama agama.
Berdasarkan intruksi dari Habib Rizieq Shihab, mereka akan terus menggelar aksi hingga keluarnya putusan MK terkait sengketa Pilpres 2019 pada 28 Juni 2019. Bahkan, di puncak aksi pada 28 Juni 2019 itu, mereka akan kembali menggelar Shalat Jumaat bersama di bundaran Monas Jakarta.
Hanya saja, dalam aksi mengawal putusan MK ini, mereka tidak melanjutkan aksi berjilid-jilid yang entah sudah jilid ke berapa. Aksi itu kini bertajuk Halal Bi Hahal Akbar 212. Entah dari mana nama itu. Mungkin saja karena masih dalam nuasa Hari Raya Idul Fitri.
Juru bicara PA 212 Novel Bamukmin menjamin aksi tersebut berdasarkan seruan dari Habib Rizieq. Dia menjamin bahwa akasi akan berlangsung damai. "Ini aksi super damai," katanya. Benarkah?
Dari dulu memang begitu. Kalau ada kerusuhan, saatnya cuci tangan dan tak mau tahu. Lihat saja. [dutaislam.com/pin]
