Jadi Khatib di KJRI Jeddah, Kiai Musthofa Aqil Tegaskan Prinsip Dasar Bernegara
Cari Berita

Advertisement

Jadi Khatib di KJRI Jeddah, Kiai Musthofa Aqil Tegaskan Prinsip Dasar Bernegara

Duta Islam #04
Rabu, 05 Juni 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Rais Syuriah PBNU, KH. Musthofa Aqil saat khutbah di KJRI Jeddah (sumber: istimewa)
DutaIslam.Com – Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keadilan menjadi modal utama untuk membangun masyarakat majemuk yang sejahtera dan damai. Hal itu sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW saat membangun Kota Madinah.

"Salah satu kunci keberhasilan Rasulullah SAW adalah mampu bersikap adil kepada semua kalangan. Beliau tidak pernah memandang perbedaan suku atau agama dalam bernegara," terang KH. Musthofa Aqil saat menyampaikan khutbah Idul Fitri di Halaman Wisma Konjen RI Jeddah, Arab Saudi, Selasa (4/6) pukul 06.30 WAS.

Pada waktu di Madinah, Nabi Muhammad dihadapkan dengan beragam suku dan agama. Kehidupan yang majemuk menuntut beliau bersikap yang adil kepada semua kelompok tanpa memandang agama atau suku.

Kemudian, kata pengasuh PP. KHAS Kempek, Cirebon, turunlah Surat al-Muntahah sebagai landasan Rasulullah dalam menjalani kehidupan bernegara.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Kiai Musthofa menjelaskan, ayat di atas menjadi landasan Nabi membangun Madinah. Beliau membangun Madinah di atas keadilan yang luar biasa. Sehingga, prinsip tersebut diapresiasi dan didukung oleh semua pihak.

Dikatakan, ada seorang Yahudi bernama Zaed yang difitnah telah mencuri baju perang yang mahal. Padahala, ia tidak mencuri baju apapun.

Baju perang tersebut, terang Kiai Mushtofa, dicuri oleh pemuda muslim bernama Thu'mah. Kemudian baju tadi disimpan di rumah Zaed. Namun, Thu'mah menyebarkan berita bohong bahwa Zaed-lah yang mencuri baju perang itu.

Akhirnya, berita bohong tadi sampai kepada Rasullah dan hampir saja beliau mempercayainya. Kemudian datanglah Malaikat Jibril membawa Surat an-Nisa untuk meluruskan kebenaran fakta terkait pencurian baju perang tersebut.

وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata”.

Kiai Musthofa menegaskan, Allah SWT melalui Surat an-Nisa membela orang Yahudi yang tidak bersalah. Allah telah mengajarkan prinsip dasar bernegara adalah keadilan, tanpa melihat agama, suku dan ras.

Setelah turun Surat Yunus, lanjutnya, Nabi Muhammad SAW kemudian memerintahkan  menangkap Thu’mah, tapi ia melarikan diri ke Makkah dan di sana ia menjadi murtad.

Di akhir khutbah, Rais Syuriah PBNU ini  mengajak para jamaah shalat Idul Fitri agara bahu membahu membangun bangsa Indonesia dengan aman dan damai.

"Marilah kita membangun bangsa kita, bangsa Indonesia, yang kalau kita tidak perihatin, maka Indonesia barangkali akan mengalami kekacauan. Namun alhamdulillah, Allah masih menurunkan rahmat-Nya dan berkah bulan Ramadhan sehingga bangsa Indonesia masih tetap aman dan damai," pungkasnya. [dutaislam.com/in]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB