Halal Bi Halal, Titik Temu Tradisi dan Ajaran Agama
Cari Berita

Advertisement

Halal Bi Halal, Titik Temu Tradisi dan Ajaran Agama

Duta Islam #04
Sabtu, 25 Mei 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Penjelasan tradisi halal bi halal (sumber: istimewa)
Sudah menjadi tradisi di Indonesia ketika menjelang hari raya Idul Fitri, masyarakat berbondong-bondong mudik ke kampung halaman. Bertemu sanak keluarga di kampung merupakan agenda utama ketika mudik tiba.

DutaIslam.Com - Momen lebaran di kampung halaman digunakan untuk saling bersilaturahim dan berjumpa dengan keluarga. Setelah lama merantau di kota, masyarakan menggunakan kesempatan untuk bersua dengan keluarganya.

Bagi umat Islam di Indonesia, idul fitri bukan hanya sebatas peringatan kemenangan setelah satu bulan menjalani ibadah puasa Ramadhan. Idul fitri juga merupakan momentum merangkai jalinan silaturahim antar keluarga.

Baca: Makna Halal bi Halal Adalah Mencari Halal Kesalahan

Ketika masuk bulan Syawal, kita sering menjumpai agenda-agenda yang bertemakan silaturahim. Mislanya, agenda halal bi halal. Pada hari raya idul fitri, agenda halal bi halal telah menjadi rutinan tahunan umat Islam Indonesia.

Umat Islam di Indonesia pada bulan Syawal tidak ketinggalan mengadakan agenda halal bi halal. Dari generasi ke genarasi, tradisi halal bi halal terus dilestarikan dan dijalankan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama di Indonesia. Kegiatannya biasanya menitikberatkan pada aspek silaturahim dan saling memaafkan.

Meskipun, silaturahim dan saling memaafkan tidaklah terbatas pada waktu dan kondisi tertentu. Namun, suatu kegiatan yang berbarengan dengan momen tertentu akab lebih terasa dan khidmat, termasuk agenda saling memaafkan. Secara esensial, halal bi halal merupakan tradisi yang selaras dengan ajaran Islam.

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْف

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan baik,” (QS. al-A’raf: 199)

Ayat di atas memerintahkan untuk menjadi pribadi yang pemaaf. Secara implisit, ayat tersebut juga memerintahkan agenda-agenda yang bertujuan untuk saling memaafkan. Ayat lain yang berbicara tentang perilaku memaafkan adalah Surat Ali Imran ayat 134.

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِين

“(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran:134)

Berawal dari Mbh Wahab

Sejarah halal bi halal bermula dari usulan Mbh Wahab Hasbullah. Pada waktu itu, suasana elit pemerintah sedang bergejolak dan memanas. Sekitar tahun 1948 tepatnya di bulan Ramadhan, Presiden Soekarno mengundang Mbh Wahab untuk memberikan nasihat terkait suasana elit politik yang meresahkan.

Ketikia Mbh Wahab diundang ke istanan, jajaran elit politik saling berselisih pendapat. Presiden Soekarno melihat jika keresahan tersebut dibiarkan terus berlarut akan semakin meresahkan dan memperburuk iklim politik serta kondusifitas bangsa. 

Baca: Halal Bi Halal Dipolerkan Oleh Bung Karno

Mbh Wahab Hasbullah mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar jajaran elit pemerintah dipertemukan dalam suatu forum bersama. Mereka saling bersua dan bertatap muka untuk bersilaturahim.

Hal itu dilakukan karena elit pemerintahan sebelumnya saling menyalahkan, sehingga di antara mereka telah meninggalkan noda dosa. Maka untuk meleburkan dosanya, Mbh Wahab mengusulkan untuk saling menghalalkan satu sama lain. Kemudian beliau menamakan agenda tersebut dengan istilah "halal bi halal".

Kata halal bi halal pada dasarnya diambil dari bahasa Arab. Yang maksud dari istilah itu adalah thalabul halal min thariqin halal. Artinya, meminta hahal dari jalan yang halal dengan mencari titik temu dari permasalahan yang ada untuk dicari solusi dan jalan damai.

Singkat cerita, tiba waktunya umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri. Presiden Soekarno akhirnya mengundang elit pejabat pemerintahan untuk bersua dan bersilaturahim bersama. Pada momen itu, mereka bermusyawarah tentang masa depan kondisi bangsa, kemudian pertemuan tersebut ditutup dengan saling memaafkan satu sama lain.

Sejalan dengan bergulirnya waktu, halal bi halal menjadi tradisi tahunan masyarakat Indonesia selama bulan Syawal. Tradisi halal bi halal merupakan agenda yang tak terpisahkan dari momen Idul Fitri.

Baca: Sejarah dan Muasal Tradisi Halal bi Halal

Selama dalam suasana perayaan Idul Fitri pada bulan Syawal, Masyarakat Indonesia senantiasa menyelanggarakan acara halal bi halal. Tak heran, kalau selama bulan Syawal seringkali beragam agenda halal bi hala, mulai bersama keluarga, warga desa, kerabat kantor atau komunitas.

Tradisi yang bermula dari gagasan ulama Indonesia ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Gagasan ini muncul dari perpaduan kearifan lokal dengan anjuran syariat Islam (saling memaafkan).

Jadi, perlu dicatat bahwa halal bi halal bukan merupakan suatu ajaran baru di dalam Islam. Akan tetapi, substansi dari halal bi halal selaras dengan perintah nash al-Quran dan syariat Islam.

Maka dari itu, sudah sepatutnya suasana Idul Fitri dijadikan sebagai momentum untuk saling bersilaturahim dan memaafkan dengan mengadakan halal bi halal bersama sanak famili, kerabat, dan tetangga. Semoga berlangsungnya tradisi halal bi halal senantiasa mendapatkan ridha ilahi, karena tradisi yang baik pasti akan dinilai baik pula. [dutaislam.com/in]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB