DutaIslam.Com - Dalam tahapan manhaj ideologi aswaja an-nahdliyyah, kajian tentang amalan NU (amaliyah an-nahdliyyah) dibagi menjadi tiga tipe, yakni syari'ah, tasawwuf dan kemudian hikmah/fadhilah (keutamaan).
Menjadi santri NU harus memahami tipe-tipe tersebut bila tidak ingin terjerumus dalam aktivitas membaca kebenaran secara emosional (kebenaran dipilih karena teraduk psikologinya saja, alias tidak objektif).
Dalam kasus seorang suami yang masih saja selalu mengingat mantan misalnya, secara syariah, hal itu bisa dihukumi tidak berdosa jika tidak ada komunikasi intens via SMS/WA/Telephon dengan sang mantan.
Baca: Mantan PP Muhammadiyah Saja Siap Jadi Ketum PBNU, Lha Ente?
Sebaliknya, mengingat mantan jadi berdosa hukumnya bila dilengkapi dengan tindakan sang suami menghubungi mantannya tersebut setiap saat, kala kangen berat. Jadi, hukum mengingat mantan itu secara syariah bisa haram dan bisa pula tidak. Tergantung waqi'i-nya (konteksnya).
Lalu, bagaimana hukum mengingat mantan secara tasawwuf? Jika Anda bertanya begitu, jawabannya adalah: khianat.
Diskusi gayeng bersama Komunitas Santri Mlandang di Jepara, Jumat petang 5 April 2019. |
Inilah metode berpikir ahlusunnah wal jama'ah an-nahdliyyah dalam amaliyah-nya. Identifikasi masalah, sebagaimana berjalan dalam tradisi bahtsul masa'il di NU, melewati jalan panjang dalam proses yang disebut sebagai tashawwur.
Baca: PKS Itu Partai Radikal yang Elitenya Mendukung ISIS. Ini Bukti-Buktinya
Sayangnya, kadang nih kadang, ada sebagian santri yang ketika ikut bahtsul masa'il getol mengeluarkan dalil teksnya, mencari kebenaran atas jawaban masalah yang dibahas, tapi begitu menerima sebuah gambar grafis di WhatsApp, langsung dipercaya begitu saja sebagai kebenaran mutlak tanpa tashawwur panjang dan ber-tabayun (mencari keterangan) -karena terbawa emosi anti NU, anti PKI, anti Syiah, dll.
Begitulah akibatnya, bila ada santri yang cerdas ber-amaliyah aswaja, tapi tidak paham amaliyah an-anhdliyyah yang juga dibagi menjadi syariah, tasawwuf dan hikmah/fadhilah.
Demikian catatan Duta Islam dalam diskusi bersama Komunitas Santri Mlandang di Jepara, Jumat, 5 April 2019. [dutaislam.com/ab]